Notification

×

Iklan

Iklan

Hijrah awal penanggalan Islam bukan penanggalan syamsiyah atau penanggalan matahari

| Juli 17, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-07-18T01:38:14Z

Setiap kali memperingati tahun baru, orang umumnya menunggu tengah malam sebagai pergantian tahun, karena dalam sistem penanggalan syamsiyah atau penanggalan matahari, pergantian memang terjadi pada pukul 24.00. Sementara itu pergantian hari dan tanggal dalam sistem Islam ialah maghrib, karena menggunakan sistem penanggalan qamariyah. Itulah sebabnya mengapa ru'yah untuk kedudukan bulan, misalnya, dilakukan pada waktu maghrib. Sistem penanggalan Islam yang kemudian dikenal dengan kalender Hijriah memang di mulai dengan pristiwa Hijrah, yaitu peristiwa kepindahan Nabi Saw. Dan para sahabat dari Makkah ke Yasrib, yang kemudian di ubah namanya oleh Nabi menjadi Madinah; lebih lengkap lagi, Madinah Al -Nabi atau Madinah Al-Rasul. 

Yang menetapkan Hijriah sebagai permulaan kalender Islam bukanlah Nabi sendiri, melainkan Umar ibn Khattab. Sahabat Nabi dan juga Khalifah kedua yang di kenal mempunyai banyak reputasi dan pelopor dalam beberapa hal. Misalnya, dialah orang yang pertama kali menciptakan kantor (diwan) di dalam sistem masyarakat IsIam. Dalam hal ini, terutama kantor yang ada kaitannya dengan keuangan. Dari perkataan diwan itulah kemudian diambil perkataan duane dalam bahasa Perancis,yang artinya tempat memungut pajak. Kelak juga kata itu juga masuk dalam bahasa Indonesia, dewan. Reputasi Umar yang lain ialah menciptakan Baitul Mal (Bayt Al-Mal). Umar juga yang mula-mula menciptakan gelar Amirul Mukminin (Amir Al-Mu'minin), suatu gelar yang semula sebetulnya tidak begitu jelas. Ketika Abu Bakar menggantikan Rasulullah, beliau di gelari Khalifat Al-Rasul  (penggnti Rasul). Ketika Umar menjabat sebagai pemimpin masyarakat Islam, orang mulai memanggilnya Khalifat al-khalifah (Pengganti Khalifah), atau pandangnya Khalifatu Khalifati Al-Rasul  (Pengganti penggantinya Nabi, maksutnya Abu Bakar). Umar tertegun dengan Sebutan atau gelar yang Panjang itu. Pikirnya, bagaimana nanti gelar orang ketiga, keempat, kelima dan seterusnya setelah dia. Bukankah gelar itu akan menjadi semakin panjang. Karena itu, Umar kemudian mengusulkan untuk menggunakan sebutan yang singkat, yaitu amir Al-Mu'minin  (Pemimpin orang-orang yang beriman). 

Dari sekian banyak hal yang di rintis oleh Umar, salah satunya ialah penerapan Hijrah sebagai permulaan kalender Islam melalui suatu musyawarah. Pada mulanya dalam musyawarah itu sendiri muncul berbagai pendapat dan perdebatan. Salah satunya ialah Usulan bahwa tahun Islam harus di mulai dengan kelahiran Nabi Muhammad. Sebuah usul yang sangat masuk akal. Sebab bukankah sering terjadi dalam tradisi umat manusia, menghormati orang yang sangat berpengaruh dengan cara menjadikan hari kelahirannya sebagai permulaan perhitungan tahun atau kalender. Itu terjadi misalnya dengan tahun Masehi (tahun Kristen). Dalam bahasa Arab lebih banyak di gunakan istilah tahun Miladi, artinya tahun kelahiran, yaitu kelahiran Isa Al-Masih. 

Usul agar tahun Islam di mulai dengan kelahiran Nabi Muhammad di tolak oleh 'Umar. Singkat cerita,  didalam proses musyawarah itu akhirnya disepakati bahwa kalender Islam dimulai dengan Hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah. Ini mempunyai makna yang sangat besar. Kita mengetahui bahwa Hijrah itu suatu kegiatan atau aktivitas. Kelahiran bukankah kegiatan, melainkan sesuatu yang diterima secara pasif. Lagi pula kalau kita memperingati sesuatu dan di kaitkan dengan seseorang, maka dengan sendirinya mengisyaratkan bahwa disitu ada unsur pemujaan. Kalau toh bukan pemujaan, setidak-tidaknya ada unsur penggunaan terhadap orang tersebut. 

Umar menolak penghitungan kalender Islam yang di mulai dengan kelahiran Nabi Muhammad, argumennya adalah bahwa Muhammad ibn Abdullah itu lahir belum menjadi Nabi. Dia hanya seorang manusia biasa. Dia menjadi Nabi atau Rasul sejak umur empat puluh tahun. Pada waktu menjadi Rasulpun dia tidak sekaligus menciptakan prestasi, melainkan memerlukan waktu yang cukup lama, suatu proses yang sangat sulit selama tiga belas tahun di Makkah. Sulitnya perjuangan beliau itu direkam di dalam Al-Quran, termasuk didalam surat Al-Dluha. Surat ini turun di Makkah, artinya sebelum terjadi Hijrah. Banyak tafsir yang mengatakan bahwa yang di janjikan oleh Tuhan didalam surat Al-Dluha melalui pernyataan, Dan Tuhanmu kelak memberimu apa yang menyenangkan kau. (QS:93:5) itu adalah kemenangan-kemenangan yang realisasinya terjadi setelah Hijrah. Memang Nabi kemudian wafat pada tahun ke 10 Hijrah sebagai Nabi yang paling sukses dalam sejarah umat manusia. 


Sumber: Ensiklopedi Nurcholish Madjid, Jilid 2.
×
Berita Terbaru Update