Oleh: Sheh Sulhawi Rubba.
Dalam goresan sejarah Islam sangat populer di tengah masyarakat muslim tentang sebutan ibadah puasa Nabi Daud AS ayah kandung Nabi Sulaiman AS di Palestina. Puasa yang dilakukannya selang sehari sepanjang tahun, beliau berpuasa pada hari Ahad, selasa, kamis, dan Sabtu pada pekan pertama, lalu dilanjutkan pada Senin, Rabu Jumat, dan kembali lagi pada hari Ahad pada pekan kedua. Kisah tentang puasa Nabi Daud AS tersebut terekam dalam kitab suci al-Quran.
Bagi umat Islam yang sudah dewasa, sehat dan tanpa uzur seperti umat yang berstatus musafir, ada kewajiban ibadah Puasa Ramadan sebulan penuh. Selain puasa wajib ada lagi sederet istilah Puasa Sunnah, seperti puasa Syawal, Senin Kamis, Bulan Purnama, Arafah, termasuk Puasa Asyura di bulan Muharram.
Ibadah puasa yang dilakukan umat Islam yaitu diawali dari makan sahur sebelum waktu Subuh dan berbuka (takjil) setelah masuk waktu Magrib. Selama waktu siang hari bagi para puasawan dilarang makan dan minum serta harus berusaha menjauhi semua aspek larangan pembatal ibadah puasa.
Ada kisah yang menarik tentang status Ibadah Puasa Sunnah di Indonesia bagian Timur. Kisah kerabat kita yang bernama Tn Surmawi Abas al-Madina yang lahir tepat pada tahun proklamasi kemerdekaan di Desa Sengkuang Gedung Agung Merapi Lahat. Beliau pernah menjabat kepala kantor Dinas Perindustrian Provinsi Maluku di Ambon beberapa tahun.
Beliau pernah bercerita kepada karib kerabat, bahwa dia sering dapat undangan acara makan siang dari para karyawan dan sahabatnya yang non muslim dalam pesta ulang tahun. Beliau menjawab undangan tersebut dengan bahasa agama yang sopan dan santun yaitu ungkapan "Terimakasih, Maaf kawan Saya Puasa Sunah. "
Mereka yang berstatus sebagai Puasawan seperti profil Nabi Daud AS adalah umat Islam yang termasuk kelompok warga negara yang menghayati makna Sila ketuhanan dan Sila kemanusiaan. pada Filsafat Pancasila. Afwan Barokallah Amien.
Jumat, 28 Juli 23
Sabdasheh