Berbagai keterangan dalam Kitab Suci menegaskan tentang kedudukan manusia sebagai makhluk Tuhan yang tertinggi, tetapi sekaligus makhluk yang berpotensi untuk menjadi yang terendah: Sungguh kami (Tuhan ) telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian kami kembali kan menjadi yang serendah-rendahnya, kecuali mereka yang beriman dan berbuat baik..... (Q: 95: 4-6).
Penciptaan manusia sebagai makhluk yang setinggi-tingginya adalah sesuai dengan maksut dan tujuannya menjadi Khalifah (Secara harfiah berarti "yang mengikuti dari belakang", yakni, " Wakil " atau "pengganti") di bumi, dengan tugas menjalankan " mandat" Yang diberikan Allah kepadanya untuk membangun dunia ini sebaik-baiknya: Ingatlah ketika Tuhanmu bersabda kepada para Malaikat sesungguhnya kami mengangkat seorang Khalifah di bumi ... (Q, . 2:30) Dan dialah (Tuhan) yang menjadikan kamu sekalian khalifah-khalifah bumi, dan mengangkat sebagian dari kamu diatas sebagian lain beberapa derajat, agar supaya dia menguji kamu berkenaan dengan sesuatu (kebaikan) yang dikaruniakan-Nya kepadamu itu (Q,. 6:165). Karena itu, sebagai Khalifah, manusia akan dimintai pertanggungjawabannya atas tugasnya menjalankan "mandat" Tuhan itu. Bahwa setiap kekuasaan menuntut tanggung jawab, hal itu ditegaskan dalam firman Ilahi, kemudian kami jadikan kamu sekalian khalifah-khalifah di bumi sesudah mereka yang lalu itu. Agar dapat kami saksikan bagaimana kamu sekalian bekerja (Q,. 20:14).
Sumber: Ensiklopedi Nurcholish Madjid. Jilid 3