Sekalipun hanya mampir dan nginap sebentar di beberapa kota di Tanah Papua, seperti Kota Sorong, Manokwari, Sentani, Jayapura, Keerom, Wamena, Merauke, Timika dan pulau Waegeo Raja Ampat. Kita bisa mengambil semacam hikmah, bahwa Tanah Papua adalah museum hidup sejarah bangsa Indonesia yang sangat berharga bagi pemerintah dan negara.
Alkisah 4 tahun yang lalu pada awal Desember 2019. Kita pernah terbang dari Bandara Juanda Sidoarjo ke Lembah Baliem Bandara Wamena Jayawijaya setelah transit di Bandara Sentani Jayapura. Ketika itu kita dijemput aparat polisi Tn Santoso di Bandara Wamena, lalu kita diajak keliling kota melihat sekilas pasar yang baru terbakar, sebelum diantar ke hotel tempat kita menginap beberapa hari di kota Wamena.
Kemudian esok harinya, seusai kita ikut salat jamaah Subuh di Masjid Agung yang berada di tengah kota Wamena. Kita minta bantuan tukang ojek asal dari Bangkalan Madura untuk berkeliling kota sampai bejalan kaki masuk di dalam los pasar tradisional dan ke lokasi pasar penjualan puluhan ekor Babi.
Sebelum kita keluyuran ke pelbagai lokasi di kota Wamena, kita sempat mampir di Masjid Nurul Hidayah yang dibangun warga Bugis di pinggir pasar. Ketika kita tiba di depan masjid tersebut, kita langsung ingat pada profil masjid di dusun Simpang Agung Merapi Timur Lahat Sumsel yang diberi nama yang sama Masjid Nurul Hidayah.
Setelah beberapa hari berada di kota Wamena Jayawijaya yang posisinya di Lembah Baliem dengan suhu udara 16 derajat Celcius. Pada saat itu pernah terlintas di dalam pikiran kita tentang perbandingan situasi dan kondisi kota Wamena Jayawijaya dengan kota tempat kita sekolah PGAN 6 tahun Lahat di Bumi Sriwijaya.
Kalau saja boleh menduga Profil Kota Wamena pada saat itu, mungkin seperti Profil Kota Lahat pada tahun 1960an. Dengan demikian, berarti ada selisih waktu sampai lebih setengah abad antara profil kota Lahat di Bumi Sriwijaya dan kota Wamena di Pegunungan Jayawijaya.
Dalam perkembangan dan kemajuan ke depan, setelah pemekaran Provinsi Papua menjadi Papua Pegunungan dengan ibu kota Wamena di Lembah Baliem pada 2023. Mungkin ketika warga negara Indonesia merayakan HUT RI Se-Abad Indonesia Merdeka (1945-2045).
Pada saat itu, status Kota Wamena Jayawijaya mungkin lebih maju dan lebih bagus jika saja dibandingkan Kota Lahat. Ini sebuah prediksi tentang Profil kemajuan masyarakat Papua di hari esok. Buktikan kebenaran prediksi tersebut dalam perjalanan waktu selama 22 tahun ke depan (2023-2045). Afwan Wallahu aklam
Senin, 31 Juli 23
Sabdasheh
Oleh: Sheh Sulhawi Rubba