Notification

×

Iklan

Iklan

Sekilas tentang Asyuro (10 Muharrom)

| Juli 28, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-07-28T15:58:59Z

Hari Asyuro adalah hari ke 10 dari bulan Muharrom. Bukan Muharrom termasuk empat bulan mulia yang tidak diperkenankan berperang dan menumpahkan darah di dalamnya. Ia secara khusus disebut Syahrul lah  (bulan Allah) Al Ashom (yang tuli), karena di bulan itu tidak didengar dentingan senjata. Kemudian bulan pertama dalam penanggalan Hijriyah ini menurut Ibnu Jauzi karena didalam bulan itu terdapat hari  Asyuro. Hari Asyuro bagi umat Islam adalah hari yang sangat monumental, dimana pada hari itu menurut keterangan  prof. Dr. AS Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki dengan sandaran yang jelas:

- Allah Subhanahu Wata'ala menurunkan Nabi Adam ke Dunia, Allah Subhanahu Wata'ala menerima taubat Nabi pertama itu akibat kesalahannya memakan buah yang terlarang
- Di Terimanya taubat kaum Nabi Yunus. 
- Berlanuhnya perahu Nabi Nuh di bukit Al Judiyyi (terletak di Armenia sebelah selatan, berbatasan dengan Mesopotamia), 
- serta kemenangan Nabi Musa dan tenggelamnya Fir'aun. ( Lihat Dzikroyat Wa Munasabat, 51). 

Amalan utama untuk memperingati peristiwa besar tersebut menurut Nabi Muhammad Sollallahu'Alaihi Wassalam adalah berpuasa. Puasa Asyuro' menurut beliau bernilai menghapus dosa ( baca: dosa-dosa kecil) setahun yang telah berlalu. Keutamaan puasa Asyuro menjadi sangat jelas bila sejarah telah berlalu. Keutamaan puasa Asyuro menjadi sangat jelas bila sejarah Tasyri'nya yang terbagi menjadi empat fase ditelusuri:
1)  pertama fase di Makkah sebelum Hijrah Nabi Saw secara pribadi telah berpuasa Asyuro tanpa memerintahkan satupun sahabat melakukannya. Dan memang priode Makkah orientasi utamanya adalah penanaman Aqidah. 
2) Fase kedua, ketika beliau pertama kali menginjakkan kaki di Madinah. Beliau mendapatkan orang-orang Yahudi melakukan puasa Asyuro untuk memperingati kemenangan Nabi Musa atas Fir'aun, maka beliau bersabda, " Aku lebih berhak terhadap kemenangan Nabi Musa dari pada kalian, wahai orang-orang Yahudi. " Lalu beliau perintahkan sahabat untuk berpuasa Asyuro ".
Menurut Ulama 'Ulama Ushul Fiqih, suatu perintah bila tidak mengarah kepada sunnah berarti wajib. Dengan demikian puasa yang diwajibkan pertama kali dalam Islam adalah puasa Asyuro. Hal ini diperkuat Nabi SAW memerintahkan seseorang dari bani Aslam untuk mengumumkan : "Barang siapa telah makan, maka berpuasalah (di sisa harinya), dan barang siapa belum makan, maka berpuasalah, karena hari ini hari Asyuro". (HR. Bukhori-Muslim). 
3) Fase ketiga, setelah turun kewajiban puasa Romadlon pada bulan Syaban tahun ke 2 Hijriah. Pada saat itu puasa Asyuro berubah hukum menjadi mubah, berdada Hadits. " Barang siapa suka, hendaklah ia berpuasa, dan barang siapa suka hendaklah ia , (HR. Bukhari - Muslim). Dalam hal ini puasa Asyuro telah memberikan pendidikan ora puasa yang bernilai besar sehingga menjadikan ibadah puasa Romadlon sebulan penuh bagi sahabat tidak terasa berat. 
4) Fase terakhir, hukum puasa Asyuro adalah sunnah Muakkad dan dianjurkan berpuasa satu hari sebelum atau Sesudahnya agar berbeda dengan praktek Yahudi. Rosulullah Saw telah berazam kuat untuk melakukan puasa Taasu'a (Ganggu 9 Muharram), namun beliau kedahuluan wafat. Pada fase ini diterapkan nilai puasa Asyuro menghapus dosa setahun lampau  sebagaimana puasa Arofah menghapus dosa dia tahun. 


Hari Asyuro adalah momentum yang tepat sekali untuk bertaubat dan kembali kepada Alloh Subhanahu Wata'ala, membaca Istighfar (berharap ampunan), itulah intinya tidak sekedar membacanya di lisan, namun menerapkan / melaksanakan dalam kehidupan nyata. Demikianlah dahulu diterapkan oleh Nabiullah Adam, Nabiullah Nuh, Nabiullah Musa, dan Nabiullah Yunus. 

Istighfar sendiri dimaklumi memiliki dua dimensi: Dimensi Vertikal dan dimensi Horisontal. Dimensi Vertikal yakni dengan mengakui segala kesalahan yang berkaitan dengan mengakui segala kesalahan, yang berkaitan dengan keteledoran kepada Allah Ta'ala. Sedangkan dimensi Horisontal erat kaitannya mengakui dengan segala kesalahan yang dilakukan kepada sesama manusia berikut lingkungannya. Seandainya seluruh unsur masyarakat melakukan istighfar dengan dua dimensi ini, bukankah akan melenyapkan terbesar dari tindakan tarofnya? 

Amalan-amalan lain yang utama dilakukan di hari Asyuro adalah:
a) memberikan nafkah yang lebih banyak dari pada biasanya, bagi suami kepada istrinya. 
b) ber shodaqoh. 
c) mengasihani anak yatim. 

Akhirnya melihat keutamaan di atas bisa jadi hari Asyuro merupakan salah satu dari hembusan-hembusan (nafahat) Allah arrohman, maka hendaklah hembusan itu disambut dengan perasaan gembira dan niat Sungguh-sungguh (shidqun niat). Sebab barang siapa yang mendapat hembusan itu, maka ia tidak akan celaka sekamanya ( HR. Thobaroni). 

 
Sumber: Istighfarot, yayasan persyada Al Haromain. 
×
Berita Terbaru Update