Notification

×

Iklan

Iklan

Warga yang Buta Huruf Bisa Berhitung

| Juli 28, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-07-28T16:14:39Z
Oleh: Sheh Sulhawi Rubba. 


Kalau saja Ibu kandung kita Pn Yuniah wafat dalam usia 50 tahun pada tahun 1975 di dusun Simpang Agung. Berarti al-Maghfurah lahir di desa Muara Gula Muara Enim Sumsel pada tahun 1925, setahun sebelum NU lahir di kota Pahlawan Surabaya tahun 1926 dan 3 tahun sebelum ikrar Sumpah Pemuda di Jakarta pada 28 Oktober 1928.

Ibu kandung kita termasuk salah seorang dari ribuan perempuan di bumi Sriwijaya yang lahir sebelum proklamasi kemerdekaan NKRI dalam status Buta Huruf. Mereka tidak pernah duduk dan mengenyam pendidikan formal di sekolah pada zaman Hindia Belanda. 

Namun demikian, mereka itu bisa menghitung nilai jumlah uang dari jual beli hasil pertanian, seperti penjualan bebuahan, sayur mayur, telor, hewan ternak, ikan dan aneka komoditas hasil tani lainnya di pasar Tradisional yang disebut Pekan Gedung Agung pada setiap hari Sabtu.

Dalam catatan sejarah pendidikan formal di kota Lahat, baru ada MULO (SMP) yang didirikan Yayasan Katolik Santo Josef pada tahun 1933. Jumlah murid yang daftar pertama sebanyak 40 orang yang berasal dari beberapa kota di wilayah Sumatera Bagian Selatan seperti dari kota Bengkulu. Salah seorang muridnya tercatat nama Menteri Negara Tn Emil Salim Etnis Minang Pakar ekonomi pada Era Orde Baru.

Kalau missionaris Katolik dari Belanda buka sekolah tingkat SMP di Lahat pada 1933, baru disusul Sekolah Dasar Muhammadiyah pada 1959. Jaraknya cukup jauh selama 26 tahun antara berdirinya sekolah Muhammadiyah dan sekolah Katolik.


Tercatat beberapa orang kerabat dan sahabat kita yang pernah menimba ilmu di sekolah Muhammadiyah Lahat, seperti Tn Suparman, Tn Burhawan, Tn Burmawi dan lainnya. Atas dasar sejarah tersebut, maka sekolah Santo Josef adalah sekolah elite yang bergengsi di kota Lahat Sumsel.


Kemudian pada tahun 1970an tercatat murid di sekolah agama di PGAN 6 tahun Lahat, kawan kita yang beruntung pernah mendapatkan percikan kebijakan pemerintah pusat tentang Ikatan Dinas, seperti Tn Maswan Nangalim, Tn Ahmad Zarkasyi, Tn Salim Matseh, Tn Sahri, Tn Nurdin, Tn Djastam, Tn Burhan dan sederet nama murid yang lainnya. Afwan Barokallah Amien

Jumat, 28 Juli 23
Sabdasheh
×
Berita Terbaru Update