Oleh: Sheh Sulhawi Rubba.
Sebuah keinginan rencana yang gagal pada tahun 2019, nawaitu kita berpuasa di bulan suci Ramadan dan salat Iedul Fitri di tengah masyarakat muslim etnis Jawa di negara Suriname Amerika Latin. Pada saat itu, kita sudah siapkan materi pembicaraan di atas mimbar dari masjid ke masjid tentang Profil Islam Nusantara.
Sebagian kerabat dan sahabat kita di kampung leluhur di Bumi Sriwijaya merasa alergi ketika mendengar, melihat dan membaca ungkapan tentang Islam Nusantara. Padahal mereka itu ketika mengawali ibadah puasa Ramadhan dan Salat Kedua Fitri mengikuti keputusan Menteri Agama berdasarkan hasil sidang itsbath.
Demikian pula ketika terdengar kabar musibah karib kerabat yang wafat. Mereka itu datang takziah, ikut jamaah membaca surat Yasin dan tahlilan sebelum pembacaan doa buat arwah di alam barzah. Hal yang semacam itu dilakukan sejak malam yang pertama kematian sampai malam yang ke 40 hari.
Selain itu, ketika mereka melaksanakan salat di dalam rumah dan di masjid terdekat. Mereka memakai sarung, baju kemeja, batik, peci dan kopiah warna hitam dan putih, bahkan warga yang berstatus Haji membawa sorban yang ditaruk di atas kepala atau di lehernya.
Pada hal semua itu adalah bagian dari macam ragam ceciri khas Islam Nusantara yang jadi data dan fakta dalam kajian para akademisi di pelbagai forum diskusi dan seminar nasional dan internasionagl selama ini. Afwan Wallahu aklam
Sabtu, 12 Agustus 23
Sabdasheh