Oleh: Sheh Sulhawi Rubba.
Pada zaman Hindia Belanda disebut Batavia tempat berdomisili etnis Betawi yang berjual beli sembako dan hasil bumi di pasar kecil tradisional pada hari Minggu, Senin, Selasa, Rabu dan hari seterusnya. Kemudian nama kota Batavia berubah jadi Jayakarta yang sekarang disebut DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia.
Ketika DKI Jakarta dipimpin Gubernur Letnan Jenderal TNI-AL Tn Ali Sadikin yang diangkat Presiden Ir Soekarno. Kemudian beliau berusaha bangun kota Jakarta tersebut dari pajak hasil usaha perjudian di awal orde baru. Pada saat itu berbondong-bondong warga negara dari luar Jawa datang ke ibukota Jakarta, seperti yang tercatat puluhan ribu Etnis Batak yang dari Sumatra Utara merantau ke pulau Jawa.
Alkisah ketika kita berkunjung ke Tanah Toraja di Sulawesi Selatan pada Agustus 2017, kita sempat mampir dan nginap semalam di kota Palopo. Pada waktu Subuh kita Salat Subuh berjamaah di Masjid Tua Kesultanan Luwu dan bertemu dengan takmir masjid tersebut.
Ketika kita sarapan pagi di kantin masjid, kita ngobrol sejenak dengan takmir tersebut. Dalam cerita beliau, bahwa dia lama merantau di DKI Jakarta, bahkan melanglang buana sampai ke Singapura dan Jepang. Dia merasa jenuh hidup di perantauan dan kemudian kembali ke kota Palopo sebagai tanah kelahirannya. Disini beliau aktif merawat masjid jamik warisan kerajaan Islam Luwu di Palopo Sulawesi Selatan yang dibangun pada abad ke 17.
Dalam hal ini, lalu kita ingat beberapa orang karib kerabat di kampung halaman yang pernah bekerja beberapa tahun di ibukota Jakarta. Kemudian mereka kembali ke kampung halaman di Desa Gedung Agung Merapi Lahat, seperti Tn Sueb pensiunan TNI-AD, Tn Surmawi Sii, Tn Abdul Gani, Tn Imansya Razaka, Tn Djakparudin, Tn Husin Abastam dan nenama yang lainnya.
Adapun status warga negara yang berdomisili di kampung dan berprofesi sebagai petani, seperti nama Ust Bakrin yang berusia 72 tahun berusaha tanam pohon Duku, Durian, dan tanaman keras lainnya di kebun Pulau Limau. Mereka itu adalah warga negara yang termasuk beruntung dan bahagia, bisa menikmati udara yang masih segar mulai dari pagi hari sampai sore di perkebunan yang hijau dengan tetanaman seperti Padi di tengah sawah.
Hal itu bila dibandingkan dengan warga negara yang berdomisili di ibukota, seperti di DKI Jakarta yang pada saat ini sedang diliputi oleh kabut polusi udara yang terkotor se-dunia. Atas dasar tersebut, maka Presiden Jokowi memindahkan ibukota negara ke IKN Nusantara di Sepaku Penajam Paser Utara Kalimantan Timur.
Desain IKN Nusantara tersebut akan sempurna dan tuntas pada Tahun Emas 2045, pada saat warga negara merayakan Se-abad Indonesia Merdeka (1945-2045). Dalam rencana Presiden Jokowi, bahwa Upacara Hari Tahun Baru ke 80 Proklamasi NKRI pada 17 Agustus 2024 akan dilaksanakan di istana Presiden yang baru di IKN Nusantara. Afwan Barokallah Amien
Senin, 21 Agustus 23
Sabdasheh
Editor: Abdul. Chalim.