Notification

×

Iklan

Iklan

Hindia Belanda Berkuasa di Jambi 36 Tahun

| Agustus 30, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-08-31T01:52:45Z
Oleh: Sheh Sulhawi Rubba

Alkisah pada 17 November 2018 kita mendarat di Bandara Sultan Thoha Syaifuddin kota Jambi pada pukul 24.00 WIB. Kita naik pesawat Lion Air penerbangan dari Pekanbaru Riau yang transit di Batam. Ketika itu kita dijemput karib kerabat Tn Amran Amrun pensiunan anggota polisi putra Tn Ramoedin asal dari dusun Simpang Agung Merapi Timur Lahat.



Selama berada di kota Jambi kita diantarkan beliau ke destinasi wisata religi Muara Candi. Lokasi bekas pusat pendidikan agama Budha yang disebut dengan Pondok Pesantren. Lokasinya sangat luas lebih dari 1000 ha yang posisinya persis di pinggir sungai Batanghari. Waktu itu kita melihat masih ada bekas puing puing bangunan dari batu bata sebagai peninggalan budaya agama Budha pada masa keemasan kerajaan Sriwijaya.

Konon dalam catatan sejarah Islamisasi di pulau Sumatra, pada abad ke 15 pernah berdiri Kerajaan Islam Melayu yang pusatnya di kota Jambi. Kerajaan Islam tersebut berubah nama menjadi Kesultanan Jambi yang penguasa terakhir bernama Sultan Thaha Syaifuddin. Beliau wafat di tempat persembunyian pada tahun 1904 setelah ditangkap tentara Belanda. 



Terhitung sejak saat itu, kesultanan Jambi menjadi wilayah kekuasaan Hindia Belanda (1906-1942). Jika Proklamasi Kemerdekaan NKRI pada hari Jumat, 17 Agustus 1945, berarti wilayah Kesultanan Jambi dikuasai kolonial Belanda hanya selama 36 tahun. Atas dasar sejarah tersebut, maka wajar saja, jika di wilayah Jambi tidak banyak ditemukan infrastruktur warisan dari Hindia Belanda, seperti jalan raya dan rel kereta api.

Hal tersebut jauh berbeda dengan wilayah Kesultanan Palembang yang ditaklukkan Hindia Belanda pada tahun 1825, terhitung sejak kisah Sultan Mahmud Badaruddin 2 ditangkap dan diasingkan Belanda ke pulau Ternate Maluku Utara sampai beliau wafat. Kita pernah berziarah ke makam beliau yang berstatus sebagai Pahlawan Nasional asal dari Bumi Sriwijaya Palembang pada tahun 2017.

Setelah Indonesia merdeka, banyak perantau yang datang ke Jambi dari berbagai daerah di wilayah Nusantara. Diantara para perantau tersebut tercatat puluhan, bahkan ratusan orang yang berasal dari Marga Gedung Agung Merapi Lahat Sumsel, seperti Tn Den Hasan putra Depati Abdul Salam, Tn Arifudin putra Pengulu Muhammad Thohir dan nenama warga yang lainnya termasuk Tn Arhap Ramoeddin .

Kerabat kita tetesan darah Puyang Haji Basri yang bernama Tn Buyung Arief Hamza bin Zawawi Rubba bin Rubah al-Basri yang pada saat ini sedang dinas di Ibukota Jakarta. Beliau mendapatkan istri Pn Siti Nur Asiyah kelahiran kota Jambi. Selain itu masih banyak yang lain termasuk putra Pn Surianah bin Madan, dan Putra Pn Fatimah Sindak juga berdomisili di kota Jambi. Afwan Barokallah Amien.

Rabu, 30 Agustus 23
Sabdasheh
×
Berita Terbaru Update