Jenis Permainan Halal yang Disyariatkan dalam Islam Lanjutan 2 (dua)

Beberapa Hukum Universal yang berkaitan dengan Berburu. 

a. Pemburu mesti berniat saat berburu untuk         memakan dan mengambil manfaat dari hewan buruannya, sesuai dengan riwayat Nasa'i dan Ibnu Hibban dalam kitab shahin-nya, dari Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda, 

"Barangsiapa membunuh burung tanpa sesuatu tujuan apapun, maka pada hari kiamat, burung itu akan berteriak kepada Allah, 'Ya Tuhanku, Sesungguhnya si Fulan telah membunuhku dengan sia-sia, dan ia tidak membunuhku untuk sesuatu yang memberikan manfaat. "

b. Hendaknya pemburu tidak sedang dalam keadaan ihram, hijrah, atau umrah, sesuai dengan firman Allah Subhanahu WA Ta'ala, yang artinya:

"Dan diharamkan (menangkap) buruan darat, selama kamu dalam ihram." (QS. Al-Maidah:96) 

c. Alat berburu disyaratkan harus dapat  menembus dan mengoyak, bukan dengan alat yang berat (untuk meghantam). Ini sesuai dengan penjelasan dari hadis yang diriwayatkankan oleh Asy Syaikhan (Bukhari dan Muslim), dari adil bin Hatim Radiyallahu 'anhu, bahwa ia perna bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alai  WA sallam, " Sesungguhnya saya berburu hewan dengan anak panah yang tidak memakai bulu, dan mengenai sasaran buruan. "Maka Rasulullah bersabda, 'Jika engkau melepaskan anak panah itu dengan menembus bagian tubuhnya, maka makanlah hewan itu. 

Namun jika hewan itu terkena (Mati) bukan karena tembusan anak panah, maka janganlah engkau makan. " Alasannya hewan itu terbunuh dengan pukulan benda berat, bukan dengan tembusan. Hadis diatas menunjukkan, hasil bidikan yang diakui adalah koyakan (tembusan senjata yang mengenai tubuh hewan buruan). 

Berdasarkan dalil diatas, maka hewan yang dibutuhkan dengan peluru senapan, pistol, dan Sejenisnya, hukumnya halal, karena dapat menembus badan hewan buruan. Bahkan jika hasil bidikannya lebih keras dari tembusan panah dan tombak. 

Sumber: Ensiklopedia Pendidikan Akhlak Mulia. 

Bersambung.....