Kairo Sebagai Pusat Pemerintahan 1 (satu)
Penerus Ubaidullah yang bergelar al-Muiz li Dinillah kemudian menunjuk Jauhar as-Siqilli sebagai Panglima untuk menaklukan Mesir. Tahun 969 Mesir berasa dalam kekuasaan Syiah Ismailiyah. Sejak itu mereka membangun kota baru yang diberi nama al-Qahirah atau Kairo, yang berarti yang menaklukan atau yang berjaya. Lalu pada 972 di Kairo telah berdiri Masjid al-Azhar.
Berdirinya Kairo sebagai ibu kota dan pusat Pemerintahan diawali dengan gerakan penumpasan golongan Syiah yang dilancarkan penguasa Abbasiyah di Baghdad. Padahal sebelumnya, golongan Syiah adalah Sekutu bani Abbas untuk menjatuhkan bani Umayyah. Setelah meraih kemenangan atas bani Umayyah dan bani Abbas menjadi penguasa, persekutuan mereka pecah. Penguasa Abbasiyahpun mencoba meredam perlawanan golongan Syiah Ismailiyah yang dipimpin oleh Ubaidullah. Setelah semoat di tahan, Ubaidullah kemudian dibaiat sebagai khalifah dengan gelar al-Mahdi Amir al-Muminin pada 909 di Maroko.
Penerus Ubaidullah yang bergelar al-Muiz li Dinillah kemudian menunjuk Jauhar as-Siqilli sebagai Panglima untuk menaklukan Mesir. Tahun 969 Mesir berasa dalam kekuasaan Syiah Ismailiyah. Sejak itu mereka membangun kota baru yang diberi nama al-Qahirah atau Kairo, yang berarti yang menaklukan atau yang berjaya. Lalu pada 972 di Kairo telah berdiri Masjid al-Azhar.
Kota Kairo tumbuh pesat setelah pada tahun 973, seiring dengan hijrah Khalifah al-Muiz li Dinillah dari Qairawan ke Kairo. Sejak saat itu Kairo menjadi pusat Pemerintahan Dinasti Fatimiyah. Dinasti ini berkuasa selama 200 tahun. Selama masa itu, Mesir menjadi pusat kekuasaan yang mencakup Afrika Utara, Sisilia, pesisir Laut Merah Afrika, Palestina, Suriah, Taman dan Hijaz.
Sumber: Encyclopedia Of Islamic Civilization.
Bersambung.....