Banyak Ulama, tetapi sangat sedikit Ulama yang Sastrawan. Banyak Sastrawan Indonesia tetapi sedikit sekali yang mampu menulis dalame Bahasa Arab. Banyak orang Indonesia yang menulis Bahasa Arab tetapi sedikit sekali yang menulis syair Arab berkualitas tinggi sehingga pada masanya diakui oleh Putra Mahkota Kerajaan Yordania waktu itu. Banyak yang menulis dalam Bahasa Arab tetapi sedikit yang mampu juga menulis dalam Bahasa Inggris. Banyak yang menulis dalam Bahasa Inggris tetapi sedikit yang mampu membuat kamus 3 bahasa: Inggris, Arab, Indonesia.
Banyak Ustadz dan da'i tetapi sedikit sekali yang bersedia menjadi pendidik. Banyak pendidik tetapi sedikit yang pernah menjadi pemimpin Redaksi satu majalah. Banyak jurnalis dan penyiar radio tetapi sedikit sekali yang mampu menjadi pengisi radio berbahasa Arab sehingga Mesir mengetahui deklarasi kemerdekaan Indonesia dan mengakui kedaulatan RI untuk pertama kalinya.
Banyak Ulama tetapi sedikit sekali Ulama yang pejuang mengangkat senjata melalui Kolonial penjajah. Banyak pejuang tetapi sedikit sekali pejuang yang menuangkan sejarah perjuangan bangsanya baik pada masanya maupun masa-masa sebelumnya dalam satu buku sejarah yang padu.
Tidak muda saat ini kita menemukan satu sosok yang padanya kumpul kreteria Ulama, Pejuang, Sejarawan, Sastrwan, pakar Bahasa Arab, Ahli Bahasa Inggris, Jurnalis, Peminat Ekonomi, pendidik, penyiar radio, penulis kamus 3 Bahasa. Itulah KH. Abdullah bin Nuh. Tidak berlebihan jika kita menamakannya sebagai "Al-Ghajali dari Indonesia".
Sungguh banyak murid asuhannya termasuk Ali Alatas, Naftuh Basuni, Quraish Shihab, Tutty Alawiyah, Adian Husaini, Abdullah Mukhtar dan ribuan lainnya. Penulis sendiri sangat berhutang budi kepadanya. Karena dihadapannyalah penulis memeluk Agama Islam membaca dia kalimah syahadat. Ia Ulama sederhana kelas Dunia.
Alfatihah...