Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
Subhanallah sudah terpasang seuntai niat di dalam hati tentang nawaitu kita tahun depan pada saat Tahun Baru NKRI ke 80, hari Sabtu, tanggal 17 Agustus 2024. Kita ingin Tawaf lagi di Kalimantan Timur ketika Presiden Jokowi melakukan upacara perayaan kemerdekaan Indonesia yang pertama dan yang terakhir kali baginya di Istana Presiden IKN Nusantara Sepaku Penajam Paser Utara Kaltim.
Tercatat selama sekian tahun, sejak masa sekolah kita ikut acara Agustusan di Lahat Sumsel, kemudian berlanjut di kota Pahlawan Surabaya dan Sidoarjo Jatim. Hal yang tidak pernah terlupakan ketika kita Agustusan di tanah suci Makkah dan Madinah al-Munawarah dalam program Safari Ibadah Umrah 19 hari pada tahun 2010 bersama KH Asep Saifuddin Chalim, ketua KBIH Amanatul Ummah Surabaya.
Kita juga pernah acara Agustusan di kota Rusa Merauke Papua Selatan pada tahun 2016, kemudian di Tanah Toraja Sulawesi Selatan pada tahun 2017. Berlanjut acara Agustusan di pulau Lombok NTB pada 2018 dan di pulau Ambon Maluku pada tahun 2019. Selain itu, acara Agustusan di pulau Bali pada tahun 2022 dan pulau Bawean bersama Tn Abdul Chalim, pulau yang berada di tengah laut Jawa.
Pada tahun ini kita sempat acara Agustusan di destinasi wisata Pantai Midodaren JLS Tulung Agung Jawa Timur bersama warga kampung Manggalarang. Kemudian pada Rabu malam tadi seperti tahun lalu, kita ikut acara renungan malam proklamasi kemerdekaan Indonesia di kampung sendiri.
Sebelum acara ditutup dengan pembacaan doa dan lafaz hamdalah, kita sempat sampaikan sebait pesan kepada ketua pengurus RT 21, bahwa indikasi kemerdekaan warga adalah wujud dari program pembangunan di lingkungan sekitar kampung.
Hal yang pernah terkhayalkan dalam pikiran. Andaikan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia terjadi pada Ahad 19 Desember 1999 , yaitu terlambat 54 tahun. Kita yakin program pemerintah Hindia Belanda yang akan membangun rel kereta api trans Sumatera sudah terwujud, dari stasiun Teluk Panjang Lampung sampai ke Stasiun Banda Aceh yang melewati stasiun Padang Sumatra Barat dan stasiun Medan Sumatra Utara.
Sampai saat ini kita merasa heran dan gagal faham tentang pikiran beberapa orang kerabat dan sahabat di medsos yang antipati terhadap proyek Pembangunan IKN Nusantara yang digagas Presiden Jokowi untuk pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Nusantara. Hal yang sulit kita fahami lagi, tentang makna ujaran yang tidak etis yaitu status Firaun dan Bajingan Tolol. Afwan Barokallah Amien
Kamis, 17 Agustus 23
Sabdasheh