Notification

×

Iklan

Iklan

Kiai Masykur Malang 1902-1992 Komandan Sabilillah dari Bumi Arema 2 (Dua)

| September 19, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-09-20T00:49:21Z
Kiai Masykur lahir di Singosari, Malang, Jawa Timur, pada 30 Desember 1902. Pada Usia 9 tahun, Masykur kecil diajak orang tuanya untuk menunaikan ibadah Haji di tanah Suci. Sekembali dari Makkah, Madinah, ia disekolahkan di pondok pesantren Bungkuk, pimpinan KH. Thahir. 

Kemudian, ia melanjutkan nyantri di pesantren Sono, Buduran, Sidoarjo. Di pesantren ini, Masykur kecil mempelajari ilmu nahwu Sharaf. Selang empat tahun kemudian, ia mengaji di pesantren Siwalan, Panji, Sidoarjo untuk mendalami ilmu Fiqih. 

Setelah berpetualang di beberapa pesantren, Masykur muda kemudian mendekat ke Hadrautus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari (1875-1947). Di Pesantren Tebu ireng Jombang, ia belajar ilmu Tafsir dan Hadits. Setelah merampungkan ngaji di Tebu ireng, Kiai Masykur melanjutkan tabarrukan ke pesantren Bangkalan Madura, untuk mengaji Qiraat al-Qur'an kepada Saikhona Cholil. 

Minat belajar Kiai Masykur tidak terhenti di tanah Madura. Setelah suntuk belajar di bawah asuhan Saikhona Cholil, Kiai Masykur kemudian meneruskan mengaji di Pesantren Jamsaren Solo, Jawa Tengah. 

Selepas merampungkan mengaji di Jamsaren, Kiai Masykur kemudian memantapkan kaki untuk mengabdi di tanah kelahirannya, di Singosari Malang. Di Singosari, Kiai Masykur mendirikan madrasah bernama Misbachul Wathan atau Pelita Tanah Air. 

Kiai Masykur menikah pada 1923, dengan cucu KH. Tahir, gurunya di Pesantren Bungkuk,  Malang. Di Usia 16 Tahun pernikahan mereka, sang istri meninggal dan belum dikarunia keturunan. 

Atas saran Kiai Khalil Genteng, Kiai Masykur kemudian menikahi adik istrinya, bernama Fatimah. Sejak saat itulah, pasangan dari keluarga pesantren inilah, kemudian bersama-sama mengabdi dan berjuang untuk syiar Islam. 
Al-Fatikha.... 

Bersambung.... 
×
Berita Terbaru Update