Laskar Sabilillah, Berjuang untuk Merdeka
Meski Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, akan tetapi pemerintah Hindia Belanda tidak rela bahwa negara Indonesia menyatakan kemerdekaan. Pada 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian disusul tentara berikutnya mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945.
Tentu, situasi ini sangat mencekam, karena intimidasi, propaganda dan trik militer yang dilancarkan oleh tentara Sekutu dilancarkan secara periodik. Tentara Inggris datang ke Indonesia tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherland East Indies), yang bertugas melucuti senjata tentara Jepang.
Akan tetapi, misi tentara Sekutu dalam AFNEI, ditunggangi kepentingan NICA (Netherland Indiies Civil Administration). Tentara NICA bertujuan untuk mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai jajahan Hindia Belanda.
Tentu saja, hal ini mengobarkan kemarahan penduduk Indonesia, terutama mereka yang berdiam di kawasan Jawa Timur. Para Kiai pesantren yang selama ini berjuang untuk kemerdekaan, merapatkan barisan. Diantaranya, KH. Wahid Hasyim (1914-1053) Kiai Wahy Chasbullah (1888-1971), Kiai Mas Mansyur, Bung Tomo (1920-1981) serta pejuang Nasionalis RoeslO Abdul Ghani (1914-2005), dan Dol Arnowo, seorang arek Suroboyo.
Laskar Sabilillah dibawa komando Kiai Masykur segera merapatkan barisan, juga Laskar Hisbullah pimpinan Kiai Zainul Arifin. Kiai Wahab Chasbullah mengonsolidasi barisan pemuda Santri dalam Laskar Mujahidin.
Bersambung....