Laskar Sabilillah Berjuang untuk Merdeka
Ketika menjelang pertempuran 10 November 1945, barisan Laskar dari Malang bergerak cepat menuju Surabaya. Pasukan dari Malang, terutama TKR Resimen 38 kompi Sochifuddin dan kompi III dengan kapten M. Bakri, bergerak bersama-sama penduduk yang berjuang dengan api semangat menyala.
Laskar Hizbullah berangkat ke medan perang, dibawah komando KH. Nawawi Thohir dan Abbas Sato dengan jumlah 168 pasukan. Laskar Sabilillah dari Malang juga mengkonsolidasi barisan. Para Kiai ikut berjuang dibawah pimpinan Panglima Divisi Unto Suropati, Jendral Imam Soedjai.
Pada Pertempuran Surabaya, strategi militer digunakan oleh para komando Laskar. Pertempuran terbagi dalam beberapa sektor. Daerah pertahanan Laskar Sabilillah berada di sektor tengah garis kedua, yang berada didepan stasiun Gubeng dan jalan Pemuda. Kawasan ini, dipertahankan oleh Laskar Sabilillah bersama Laskar Hizbullah dan TKR Malang.
Di tengah deru pertempuran di Surabaya, KH. Masykur dengan gigih mengomando barisan Laskar Hizbullah. Para Laskar yang ikut berjuang, bertekat bulat dengan niat: isu kariman au mut syahidan ( hidup mulia atau mati syahid).
Api semangat para santri dan Laskar-laskar pemuda inilah, yang kemudian membakar perjuangan rakyat di Surabaya hingga kemudian - atas izin- Allah- berhasil mengalahkan tentara Sekutu yang ingin merampas kemerdekaan negeri. Di panggung perjuangan rakyat inilah, kiai Masykur mencatat pengabdiannya bersama para Kiai santri lainnya untuk mengawal kemerdekaan negeri.
Bersambung.....