Sikap Nawai yang menolak bekerjasama dan menolak tawaran menjadi penghulu itu membuat pihak kolonial semakin memperketat ruang gerak kegiatannya. Beberapa tekanan baik terhadap santri maupun masyarakat sekitar Tanara melalui tangan-tangan Pribumi sebagai suruhannya acapkali dilakukan.
Seiring dengan laju kekuasaan Belanda yang semakin mencekram ke seluruh kehidupan masyarakat Banten, langkah dakwa Nawawi semakin sempit dan terpojok. Kekuasaan Belanda sudah merasuki kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya, sampai ke Agama. Adu domba, penggunaan kejerasan fisik dan senjata, penangkapan, dan penghadangan terus dilancarkan Belanda untuk memperkuat posisinya di Banten.
Kenyataan pahit semacam itulah yang mendorong berhijrah ke Makkah untuk kedua kali. Nawawi memilih strategi perjuangan melalui ilmu pengetahuan dan penyebaran semangat anti penjajahan melalui para muridnya di Makkah.
Sumber: MANAWA (Majmu'ah Nawawi al-Bantani)
Bersambung.....