Notification

×

Iklan

Iklan

Status Para Petani dan Kebijakan Politik Nasional

| September 26, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-09-26T14:49:18Z
Alkisah kita sebagai anak petani tradisional di Marga Gedung Agung Merapi Lahat Sumsel pada abad silam memahami masalah keluh kesah warga di kampung tentang berbagai hal seperti harga getah karet yang murah meriah. 

Selama ini para petani di pelosok negeri tidak punya wewenang untuk menentukan berapa nilai harga hasil usaha mereka di tengah hutan, seperti para petani sadap karet (nabah balam), termasuk harga gabah hasil panen di tengah sawah. Masalah harga Sembako adalah bagian dari kebijakan politik nasional.
Padahal status para petani yang berdomisli di pedesaan adalah warga negara yang sangat mulia dipandang dari berbagai segi kehidupan masyarakat. Masyarakat di perkotaan tidak akan bisa menikmati aneka ragam sayur mayur, tanpa ditanam para petani di perkebunan, seperti Lombok, Tomat, Bawang dan lainnya.

Pada zaman Hindia Belanda tercatat banyak umat Islam yang berhasil berangkat ke tanah suci atas profesinya sebagai petani. Dulu para petani yang pelihara puluhan ekor kerbau di kampung, seperti profil Haji Abdul Qadir Jailani warga asal dusun Simpang Agung Merapi Timur, istrinya wafat di tanah suci Makkah pada tahun 1976.

Namun sayang sekarang ini, ratusan bahkan ribuan warga yang dilahirkan para petani di kampung. Mereka enggan berprofesi sebagai petani seperti leluhurnya. Kebanyakan dari mereka setelah tamat sekolah merantau ke perkotaan dan berprofesi sebagai karyawan, guru, pedagang, biro jasa dan profesi lainnya.

Dalam pengamatan kita selama ini, hanya segelintir orang dari karib kerabat kita yang tertarik dengan dunia politik. Dalam hal ini timbul pertanyaan, kenapa demikian ? 
Salah satu diantara sederet jawabannya, yaitu mereka tidak punya keahlian dalam hal Tipu Muslihat ketika rapat di kantor dewan dan bikin opini di media massa.

Selain itu mereka bukan tetesan darah tokoh politikus, seperti profil keluarga besar Presiden Jokowi. Anak kandung beliau berhasil meraih kursi Wali kota Solo Jawa Tengah dan anak menantunya berstatus sebagai wali kota Medan Sumatra Utara. Itulah wujud dari takdir dalam kajian kaum sufi di majlis taklim. Afwan Wallahu aklam.

Selasa, 26 September 23
Sabdasheh
Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
Editor: Abdul chalim
×
Berita Terbaru Update