Mengenai kelahiran Abu Hanifah, di antara ahli sejarah sebenarnya terdapat perbedaan. Ada diantara yang menyebut tahun 61 H sebagai tahun kelahiran beliau, namun ada juga yo mengatakan tahun 70 H.
Di antara semua pendapat, yang paling kuat dan dapat digunakan adalah tahun 80 H. Jika Abu Hanifah lahir tahun 61 H, berarti beliau ditugaskan menjadi Qadhi pada usia sembilan puluh tahun. Tentu saja ini tidak masuk akal. Tidak mungkin orang setua itu diberikan tugas berat yang berkaitan dengan kemal umat.
Abu Hanifah memiliki seorang ayah bernama Tsabit bin Zauthy Al-Farisy, sementara kakeknya merupakan penduduk kabul, sebuah kota di Afganistan.
Dikisahkan, ayah Abu Hanifah adalah tawanan dari kabul yang di beli oleh seorang wanita dari bani Taimullah bin Tsalabah untuk kemudian dimerdekakan, sebagaimana jawaban Ibn Ismail bin Hammad bin Abu Hanifah ketika ditanya kepada siapa loyalitas keluarga Abu Hanifah diberikan.
Namun demikian, riwayat langsung dari Ismail bin Hammad bin Abu Hanifah justru bertentangan. Ia membanta bahwa keluarga Abu Hanifah pernah mengalami perbudakan dan menyatakan secara tegas bahwa mereka itu benar-benar merdeka, bukan bekas budak.
Alfatihah....
Bersambung....
