Karena itu, kita akan mendapati loyalitas yang diberikan keluarga Abu Hanifah kepada Taimullah bin Tsalabah bukanlah loyalitas bekas budak yang dimerdekakan, melainkan loyalitas muwalah (persaudaraan).
Ini disebabkan asal usul keluarga Abu Hanifah yang bukan Arab, melainkan Farisy. Di Jazirah Arab pun berkembang tradisi muawalah sejak dahulu kala, di mana orang asing yang ingin berafiliasi dengan suatu nabilah biasanya akan memberi loyalitasnya kepada kaum tersebut.
Bukan keturunan Arab tentu saja bukan sebuah cela. Justru catatan sejarah menunjukkan bahwa keilmuan Islam lebih banyak dikuasai muslim non Arab atau Mawali.
Sebut saja Al-Hasan bin Abu Al-Hasan dan Muhammad bin Sirin dari Irak; Atha bin Abi Rabah, Mujahid, Said bin Jubair, dan Salman bin Yasar dari Makkah; Zaid bin Aslam,
Mohammad bin Al-Munkadir, dan Najih bin Abu Najih dari Madinah; Rabi'atur Ra'yi dan Ibn Abu Az-Zanad dari Quba; Thowus dan Ibn Al-Munabbih dari Yaman; atau Atha bin Abdullah Al-Khurasany dari Khurasan. Semuanya merupakan Mawali yang sungguh-sungguh dan rajin.
Bersambung.....
