Kerajaan Pertengahan: Dinasti Ke-12 (2055-1786 SM)
Maka populasi, seni, dan agama, negara mengalami perkembangan. Berbeda dengan perkembangan elitis Kerjaan Lama terhadap dewa-dewa, Kerajaan pertengahan mengalami peningkatan ungkapan kesalehan pribadi.
Selain itu, muncul sesuatu yang dapat dikatakan sebagai demokratisasi setelah akhirat; setiap orang memiliki arwah dan dapat diterima oleh dewa-dewa di akhirat.
Sastra Kerajaan pertengahan menampilkan tema dan karakter yang canggih, yang ditulis menggunakan gaya yang percaya diri dan elok; sementara relief dan pahatan potret pada periode ini menampilkan ciri-ciri kepribadian yang lembut, yang mencapai tingkat baru dalam kesempurnaan teknis.
Di sisi lain, Kerajaan pertengahan mengejar kebijakan luar negeri yang agresif, mengkolonisasi Nubia (dengan pasokan kaya emas, kayu hitam, gading, dan sumber daya lainnya) dan memukul mundur badui yang telah menyusup Mesir selama periode Pertengahan pertama.
Kerajaan juga membangun hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Suriah, Palestina dan negara-negara lain; melakukan pembap proyek termasuk benteng militer dan pertambangan; dan kembali membangun piramida seperti tradisi Kerajaan Lama.
Kerajaan pertengahan mencapai puncaknya dibawah Amenemhet III (1842-1797 SM). Kemudian mulai kemunduran pada masa Amenemhet IV (1798-1786 SM) dan berlanjut dibawah adiknya, Ratu Sobekneferu (1789-1786 SM), Penguasa terakhir Dinasti ke-12 yang merupakan perempuan pertama yang menjadi penguasa Mesir.
Bersambung.....