Notification

×

Iklan

Iklan

Kairo 23 (Dua Puluh Tiga) Era Mesir Kuno

| Oktober 05, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-10-05T11:27:03Z
Periode Pertengahan kedua dan Hyksos (1786-1567 SM) 
Dinasti ke-13 menandai awal periode lain yang tidak terselesaikan dalam sejarah Mesir, di mana suksesi cepat raja gagal untuk mengkonsolidasikan kekuasaan. Sebagai konsekuensi, selama periode Pertengahan kedua, Mesir dibagi menjadi beberapa lingkungan pengaruh. 

Istana resmi dan pusat pemerintahan dipindahkan ke Thebes; sementara Dinasti saingan (Dinasti ke-14), yang berpusat di kota Xois di Delta Sungai Nil, tampaknya telah ada pada waktu yang bersamaan dengan Dinasti ke-13. 

Sekitar 1650 SM, penguasa asing yang dikenal sebagai Hyksos mengambil keuntungan dari ketidakstabilan Mesir untuk mengambil kendali. Di sana Firaun diperlakukan sebagai vasal dan diminta untuk membayar upeti. 

Para penguasa Hyksos dari Dinasti ke-15 hanya mengadopsi dan melanjutkan tradisi Mesir yang ada di pemerintahan maupun masyarakat, dan menggambarkan diri mereka sebagai Firaun. Maka elemen Mesir menyatu dengan budaya zaman Perunggu Pertengahan. 

Setelah mundur, Raja Thebes melihat situasinya yang terperangkap antara Hyksos di utara dan sekutu Nubia Hyksos, kerajaan Kush, di selatan. Setelah hampir 100 tahun mengalami masa stagnansi, pada tahun 1555 SM, Thebes telah mengumpulkan kekuatan yang cukup untuk melawan Hyksos dalam konflik selama 30 tahun. 

Firaun Seqenenre Tao II dan Ksmose berhasil mengalahkan orang-orang Nubia. Pengganti Ksmose, Ahmose I, berhasil mengusir Hyksos dari Mesir. Selanjutnya, pada periode Kerajaan Baru, kekuatan Militer menjadi prioritas utama Firaun agar dapat memperluas perbatasan Mesir dan menancapkan kekuasaan atas wilayah Timur Dekat. 

Bersambung..... 
×
Berita Terbaru Update