Periode Kerajaan Baru (1567-1085 SM)
Firaun-firaun Kerajaan baru berhasil membawa kesejahteraan yang tak tertandingi sebelumnya. Di bawah pemerintahan Ahmose I, Raja pertama dari Dinasti ke-18, Mesir sekali lagi bersatu kembali. Perbatasan diamankan dan hubungan diplomatik dengan tetangga-tetangga diperkuat.
Kampanye militer yang dikobarkan oleh Tuthmosis I dan cucunya, Tuthmosis III, memperluas pengaruh Firaun ke Suriah, dan Nubiah, memperkuat kesetiaan, dan membuka jalur impor komoditas yang penting seperti perunggu dan kayu.
Selama Dinasti Ke-18, Mesir mengambil kembali kontrol atas Nubia, dan memulai kampanyenya militer di Palestina, bentrok dengan kekuatan lain didaerah seperti Mitannians dan Hittites.
Negara ini kemudian mendirikan kerajaan besar pertama di dunia, membentang dari Nubia hingga sungai Eufrat di Asia. Selain karena raja-raja yang kuat seperti Amenhotep I (1546-1526 SM), Thutmise I (1625-2512 SM), dan Amenhotep III (1417-1379 SM) kerajaan baru juga terkenal karena peran para perempuan kerajaan.
Seperti Ratu Hatshepsut (1503-1482 SM), yang memulai memerintah sebagai seorang bupati untuk anak tirinya yang masih muda (ia kemudian menjadi Tuthutmose III, Pahlawan terbesar militer Mesir), namun naik untuk memegang semua kekuasaan Firaun.
Firaun-firaun kerajaan juga memulai pembangunan besar untuk mengangkat dewa amun, yang kuktusnya berbasis di Karnak. Para Firaun juga membangun monumen untuk memuliakan pencapaian mereka sendiri, baik nyata maupun imajiner.
Firaun perempuan seperti Hatshepsut menggunakannya propaganda semacam itu untuk mengesahkan kekuasaannya. Masa kekuasaannya berhasil dibuktikan dengan adanya ekpedisi perdagangan ke Punt, Kuil kamar mayat yang elegan, pasangan obelisk kolosal, dan kapel di Karnak.
Bersambung.....
Penyadur: Abdul Chalim