Notification

×

Iklan

Iklan

KH. Abdul Chalim Leuwimunding (1898-1972) Kiai Pejuang dari Tanah Pasundan 4 (Empat)

| Oktober 01, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-10-04T02:21:53Z
Pendiri Nahdlatul Ulama
Pada tahun 1916, Kiai Wahab Chasbullah dan Mas Mansoer mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan. Pendiri Madrasah ini, didukung oleh pengusaha Abdul Kahar, sebagai penyandang dana. 

Selain itu, Tjokroaminoto juga membantu pendirian Madrasah ini, hingga bangunan awal  Madrasah untuk mengajar bisa berdiri tegak. Kiai Wahab tidak sekedar menjadikan Madrasah ini sebagai media pengajaran agama, namun juga sebagai tempat untuk merumuskan pergerakan. 

Beberapa Ulama muda yang memiliki semangat dan pemikiran kebangsaan, di undang. Di antaranya Kiai Bisri Sansyurie, Kiai Alwi Abdul Aziz, Kiai Ma'shum, dan Kiai Kholil (Rembang). Kiai Abdul Chalim Leuwimunding juga turut hadir sebagai undangan, karena kapasitas pemikiran dan Visi pergerakan yang kokoh. 

Jalinan pertemanan dg Kiai Wahab Chasbullah, sejak awal ketika mengaji di Makkah, turut menjad jembatan penyemangat Kia Abdul Chalim dalam Konsolidasi Kiai muda dalam merumuskan perjuangan

Ketika para Kiai bertemu untuk diskusi setrategi dalam rangka melawan kebijakan kolonial, Kiai Abdul Chalim turut serta. Beliau menjadi salah satu peserta dalam perbincangan dengan Kiai-kiai ketika membahas pergerakan umat, masa awal ketik membentuk Nahdlatul Ulama. 

Kia Abdul Chalim Leuwimunding tercatat sebagai salah seorang peserta rapat pendirian Nahdlatul Ulama, pada 31 Januari 2926/16 Rajab 1344 H di Kertopaten  Surabaya. Pada waktu itu, Kiai Abdul Chalim mendapat amanah sebagai katun Tsani, yang bertugas untuk memback-up Kiai Wahab Chasbullah, sebagai Katib Awwal. 

Pertemuan Kiai pada akhir Januari 1926, pada awalnya merupakan rapat untuk merumuskan pembentukan komite Hijaz. Komite ini, sebagai respon para Kiai untuk membangun komunikasi diplomatik dengan Raja Arab Saudi, akibat penetrau idiologi dan kebijakan pemerintah Arab. 

Pada pertemuan tersebut, hadir Kiai Hasyim Asy'ari, Kiai Bisri Syansuri ( Tambakberas, Jombang), Raden Asnawi (kudus), Kiai Ma'shum (Lasem), Kiai Ridwan (Semarang), Kiai Nawawi (Pasuruan), Kiai Nahrowi (Malang), Kiai Alwi Abdul Aziz (Malang), Kiai Ndoro Muntaha (Bangkalan, Madura), Kiai Dahlan Aby Kohar (Kertosono), Kiai Abdul Faqih (Gresik), dan kuat Abdul Chalim leuwimunding. 

Pada pertemuan ini, dirumuskan keputusan penting: Pertama, peresmian dan pengukuhan berdirinya komite Hijaz dengan masa kerja sampai delegasi yang diutus ke Kongres umat Islam di Makkah kembali ke tanah air (urusan: Kiai Abdul Wahab Chasbullah dan Syekh Ghonaim al-Misri). 

Kedua, pembentuk Jam'iyyah (organisasi) untuk wadah persatuan Ulama dan bertugas memimpin umat menuju terciptanya cita-cita izzul Islam wal muslimin. Atas usulan KH. Mas Ali Abdul Aziz, perkumpulan ini diberi nama "Nahdlatul Ulama".

Pergerakan dan pemikiran Kiai Abdul Chalim berdampak besar pada perkembangan Nahdlatul Ulama. Bersama beberapa Kiai, Kiai Abdul Chalim dengan gigih menyebarkan gagasan dan Visi Nahdlatul Ulama ke penjuru Nusantara. 

Beliau juga memiliki pemikiran tentang kebangsaan yang Visioner, dengan menggunakan strategi pendekatan sosial kemasyarakatan, ketika mengkampanyekan Nahdlatul Wathan, garda pemikiran Ulama tentang perjuangan kebangsaan. 

Bersambung..., 
×
Berita Terbaru Update