Menolak Kompromi
Pada tahun 1924, Kiai Wahab membuka kursus Masa'il Diniyyah untuk menambah pengetahuan anak-anak muda dalam mempertahankan madzhab.
Kiai Wahab melibatkan lebih banyak Kiai untuk mengelola kursus ini. Pada waktu itu, Kiai Ma'shum dan beberapa Kiai lainnya membantu mengawasi Kiai-kiai muda.
Di antara pendamping, yakni Kiai Bisri Syansuri (Jombang), Kiai Abdul Chalim (Cirebon), Kiai Mas Alwi Abdul Aziz dan Kiai Ridwan Abdullah serta Kiai Cholil Lasem.
Kiai Ma'shum juga menjadi tempat dan referensi bagi Kiai-kiai NU, baik pengurus struktural maupun penggerak Nahdlatul Ulama tentang masalah-masalah keagamaan dan kenegaraan.
Banyak pengurus NU yang sowan ke Kiai Ma'shum untuk meminta pendapat dan saran berharga, serta analisa masalah keagamaan.
Pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, Kiai Ma'shum melarang kepada keluarganya untuk masuk dalam jajaran pemerintahan. Beliau mengharamkan pekerjaan menjadi pegawai pemerintahan pada masa kolonial.
Pada waktu itu, dapat dipahami bahwa kia Ma'shum menolak untuk membantu pemerintahan kolonial. Artinya, santri-santri dan keluarga beliau diharapkan dapat berjuang untuk melawan penjajah.
Meskipun, strategi diplomatik dilakukan oleh Nahdlatul Ulama, yang berusaha memainkan peran strategis demi kepentingan bangsa yang lebih luas.
Bersambung.....