Notification

×

Iklan

Iklan

KH Ma'shum Lasem (1870-1972) Kiai Pejuang, Keturunan Raja Minang 2 (Dua)

| Oktober 08, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-10-08T08:38:33Z
"Tolong aku buatkan kurungan jago ayam. Besok akan ada ayam jago dari tanah Jawa yang datang ke sini, " Ungkap Kiai Cholil. Benar saja, kemudian Kiai Ma'shum datang pada usianya sekitar 20 tahun. Oleh Kiai Cholil, Kiai Ma'shum langsung dimasukkannya ke kurungan ayam. 

Pada waktu awal mengaji di bangkalan, Kiai Ma'shum langsung diperintah Syaikhona Cholil untuk mengajar alfiyyah Ibn Malik selama 40 hari. Uniknya, Kiai Ma'shum mengajar di kamar yang telah tanpa lampu, sedangkan Santri-santri di luar itu. 

Kiai Ma'shum menyantri di Bangkalan hanya sekitar tiga bulan. Ketika memohon izin pulang, Kiai Ma'shum didoakan oleh Syaichona Cholil dengan doa sapujagat. 

Hal ini terulang sebanyak 17 kali. Tentu, kisah ini menandakan makna khusus berapa Syaichona Cholil memberi restu pengabdian dan perjuangan Kiai Ma'shum dalam berdakwah. 

Kiai Ma'shum kemudian mengabdikan diri dengan membuka pesantren al-Hidayat di Lasem, Jawa Tengah. Pesantren ini menjadi rujukan santri-santri di Jawa, yang ingin memperdalam ilmu agama dan mengucap barokah doa dari Kiai Ma'shum. 

Kiai Ma'shum menjadi poros Kiai Jawa, serta rujukan perjuangan Nahdlatul Ulama dan komunitas santri. 

Santri Kiai Ma'shum yang bernama KH Mukti Ali menjadi mentri agama. Prof. Dr. Mukti Ali meminta doa kepada Kiai Ma'shum agar amanah menjalankan tugas sebagai menteri agama. Prof Mukti Ali sowan ke kiai Ma'shum agar sukses menjalankan tugas negara. Kiai Ma'shum kemudian berkata:

Bersambung..... 


×
Berita Terbaru Update