tegursapanews - " Suatu hari, datang kepadaku utusan menteri, pertahanan, Mr, Amir Syarifuddin. Kedatangannya memberitahukan kepadaku bahwa aku telah diangkat sebagai menjadi opsir TNI dengan pangkat Letnan Kolonel.
Ia datang dengan menyerahkan tanda pangkat sekalian dengan bendera kecil yang lazim dipasang di mulut mobil, Aku pikir, ini suatu cara yang meninabobokkan saja.
Dan lagi, buat apa bendera kecil tanda kepangkatanku, padahal aku tidak mempunyai mobil. Siapa yang memikirkan mobil di zaman penuh perjuangan itu? Aku katakan kepada utusan itu bahwa kedatangannya aku hormati, tetapi aku tidak bisa menerima pengangkatanku sebagai Letnan Kolonel.
Lebih baik, aku tetap didalam Hizbullah, menyertai rakyat dalam mempertahankan Republik yang amat kucintai ini dari ancaman musuh.
Kita jangan amat percaya kepada Belanda, dengan persetujuan Renville nya. Itu cuma politik melucuti kekuatan Republik saja. Tanda pangkat aku kembalikan.
Tetapi ia menolak, biarlah ditanganku saja, katanya. Begitu ia pulang tanda pangkat aku buang ke sungai, pikirku, di zaman begini, siapa yang mementingkan pangkat? Perjuangan masih dan situasi belum menentu."
Bersambung....