tegursapanews - Pekan lalu muncul berita viral di Perumahan Sukarame Bandar Lampung tentang kisah cinta antara dosen dan mahasiswi UIN Raden Intan Lampung. Kita langsung ingat sahabat karib kita Tn Bunyana Sholihin alumni Pontren Gontor Ponorogo Jawa Timur dan istrinya asal dari Pendopo Lintang Empat Lawang yang berstatus sebagai dosen di kampus tersebut.
Selain itu, pada awal Januari 22 yang lalu kita pernah menginap semalam di areal Sukarame tersebut. Kita bertemu beberapa orang karib kerabat kelahiran Marga Tembelang Gedung Agung yang berstatus perantau dan mereka berdomisili di Perumahan Sukarame.
Mereka Itu adalah Tn Mahyudin Saleh asal Desa Nanjungan, Tn Juria Anwar , Pn Surmiah Surdin, Pn Surtinah Nanguning, Pn Nurma Junjung yang kelahiran dusun Simpang Agung dan sederet nama yang lainnya. Mereka sudah menjadi warga tetap di kecamatan Sukarame Bandar Lampung.
Nama Sukarame kemungkinan besar berasal dari bahasa Jawa. Maksudnya Desa tersebut dirintis oleh para pendatang dari Pulau Jawa, karena hampir 80 persen warga Lampung etnis Jawa. Presiden Gus Dur (Abdurrahman Wahid) pernah menyebut Lampung sebagai daerah Jawa Utara.
Kita mendengar nama Desa Sukarame pertama kali berada di wilayah Kikim kabupaten Lahat, kemudian di kota Palembang. Lebih dari itu juga ada nama Desa Sukarame di kecamatan Candi Sidoarjo Jawa Timur. Kalau saja nama tersebut ditelusuri di pelosok Nusantara dari Sabang ke Merauke jumlahnya bisa ratusan desa yang dirintis etnis Jawa perantauan.
Termasuk 3 nama Desa Gedung Agung yang berada di Kabupaten Lahat, seperti Marga (Desa) Gedung Agung Merapi Timur Lahat Sumsel yang leluhurnya Konon berasal dari Demak Jawa Tengah yang disebut warga dengan istilah keramat Puyang Kumbang. Mungkin asal katanya dari Gede Ageng yang kemudian menjadi nama Gedung Agung.
Nama Gedung Agung adalah salah satu dari nama istana negara yang berada di Yogyakarta, tempat peristirahatan kepala negara Indonesia yang sedang berkunjung dan bermalam di Daerah Istimewa Yogyakarta. Istana Gedhong Ageng tersebut adalah warisan pemerintah Hindia Belanda yang dibangun pada 1824.
Afwan Wallahu aklam.
Selasa, 17 Oktober 23
Sabdasheh
Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
Editor: Abdul Chalim