Mutazilah
tegursapanews - Ketika Sang guru meninggal pada tahun 120 H, saat Abu Hanifah berusia empat puluh tahun Abu Hanifah pun menduduki posisi Hammad, menjadi ahli fiqih penduduk Irak.
Bisa jadi ini merupakan berkah doa Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu. Sebab, dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa ayah Abu Hanifah bertemu dan memberikan Ali berbagai macam Hadiah.
Ali yang bahagia, mendoakan ayah Abu Hanifah agar mendapat keberkahan hidup, begitu juga keturunannya.
Pengembaraan keilmuan seorang calon Ulama besar ini kemudian berlanjut kepada beberapa guru karena seorang Ulama besar yang ahli dalam berbagai cabang keilmuan tentu tidak hanya belajar kepada satu atau beberapa orang guru .
Beruntunglah Abu Hanifah yang tumbuh dalam atmosfer keilmuan Baghdad waktu itu, sebagaimana Ibnu Khaldun berkata.
"Seseorang itu adalah anak lingkungannya". Ketekunan dan bekal kecerdasan luar biasa yang terus diasah oleh pengalaman hidup membuat beliau bertemu Atha bin Rabah.
Athiyyah bin Aufi Abdurrahman bin huruf Al-A'raj, Imam Zaid bin Ali Zainal Abidin, Mohammad bin Baqir bin Zainal Abidin Jafar Shadiq, Abu Mohammad Abdullah bin Al-Hasan bin Al-Hasan.
Adi bin Tsabit, Amru bin Dinar, Salamah bin Kuhail, Qatadah bin Di'amah, Ikrimah (murid Abu Abbas), Nafi (murid Ibn Umar), dan banyak guru yang tidak dapat disebutkan satu demi satu.
Bersambung.....