Notification

×

Iklan

Iklan

23 (Dua Puluh Tiga) Sang Imam Memilih Guru dan Memilah Ilmu

| November 05, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-11-06T07:36:22Z
Mutazilah
tegursapanews -  Sesungguhnya, semasa muda, Abu Hanifah pernah bertemu langsung dengan beberapa para sahabat di penghujung hidup mereka. 

Sebut saja Anas bin Malik (meninggal tahun 93 H), Abdullah bin Aufa (meninggal tahun 87 H), Wailah bin Al-Asfah (meninggal tahun 75 H), Abu Ath Thufail bin Amir bin Wailah (meninggal tahun 102 H, di Makkah), dan Sahl bin Said (meninggal tahun 88 H), sayangnya, beliau hanya sempat bertemu, belum sempat belajar kepada mereka. Saat itu, Abu Hanifah muda belum mengenal pentingnya ilmu. 

Jika demikian, apakah dengan "sempat bertemu" Abu Hanifah dapat dianggap sebagai Tabi'i? Menurut para Ulama, jika Tabi'i cukup hanya melihat para sahabat maka beliau adalah Tabi'i. Namun, jika disyaratkan harus menemani dan menimba ilmu dari para sahabat maka Abu Hanifah bukanlah bagian dari Tabi'i. 

Berbicara mengenai Tabi'i, sesungguhnya para guru Abu Hanifah yang disebutkan di atas semuanya berasal dari kalangan Tabi'i. 

Tidak dapat dilupakan juga jasa besar seorang kalangan Tabi'i bernama Hammad bin Abu Sulaiman, mantan budak Abu Musa Al-Asy'ari yang merupakan murid Ibrahim An-nakh'i. 

Hammad tidak menuntut ilmu kecuali dari gurunya, sekaligus menjadi orang yang paling mengetahui pemikiran fiqih gurunya. 

Namun demikian, ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa Abu Hanifah juga menuntut ilmu dari Asy-Sya'bi, yang sama-sama dengan Hammad merupakan murid terkenal di Irak. 

Yaitu Masruq bin Al-Ajda, Syuraih, dan Alqamah bin Qais. Ketiganya adalah pewaris ilmu dia orang sahabat paling terkenal, Abdullah bin Masud dan Ali bin Abi Thalib. 

Meskipun demikian, Fiqih Hammad lebih dekat kepada Ibrahim yang terkenal sebagai Ulama Ra'yi dari pada Fiqih Asy-Sya'bi yang lebih banyak menggunakan Atsar. 


Bersambung..... 
×
Berita Terbaru Update