Notification

×

Iklan

Iklan

Profil Parpol Nasional dan Ormas Islam di Nusantara

| November 07, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-11-08T04:22:16Z
Alkisah ketika kita berkunjung ke Pulau Ternate dan Tidore Maluku Utara pada Agustus 2017 setelah terbang dari Manado Sulawesi Utara. Kita sempat bertemu dan ngobrol dengan Panglima Kesultanan Tidore di istananya yang menghadap ke laut pulau Halmahera.
Ketika itu, kita mendengar informasi, bahwa tetesan darah kesultanan Tidore Maluku yang tinggal di istana seperti sosok panglima tidak boleh terlibat dalam aktivitas politik praktis, misalnya berstatus sebagai kader parpol. Selain itu di wilayah bekas kesultanan Tidore tersebut tidak ada ormas Islam, seperti ormas Muhammadiyah, NU dan lain sebagainya. Mereka adalah umat Islam Nusantara yang Pancasilais.
Kemarin tersiar kabar, bahwa Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Tn Din Syamsuddin bersama 14 orang tokoh ormas Islam dapat undangan dari Ketua Umum Partai Nasdem Tn Surya Paloh di Gedung Nasdem Tower seusai acara Aksi Akbar Dukung Palestina Merdeka di Tugu Monas pada Ahad, 06 November 23.

Kemudian sahabat karib kita Tn Chairil Anwar di Bandung melalui WA berkomentar tentang acara pertemuan antara Paslon AMIN dan Tokoh ormas Islam tersebut. Beliau melihat bahwa warga Muhammadiyah dan NU telah bersatu untuk mendukung Koalisi Perubahan.

Atas dasar opini tersebut, kita lalu komentar bahwa pada tahun 2022 yang lalu Tn Din Syamsuddin bersama kawan kawan berusaha mendirikan parpol baru dengan nama Pelita. Ternyata pada saat pendaftaran di KPU, partai Pelita tersebut tidak masuk dalam kontestan Pemilu 2024. Hal tersebut menunjukkan bahwa Tn Din Syamsuddin tidak cukup massanya untuk mendirikan sebuah partai Islam.

Dalam sejarah politik nasional tercatat bahwa ormas Muhammadiyah pernah manjadi bagian dari Partai Majlis Syuro Muslimin Indonesia (MASYUMI) pada awal kemerdekaan. Setelah Partai Masyumi dibubarkan pada pemerintah orde lama yang dipimpin Presiden Ir Soekarno, ormas Muhammadiyah tidak pernah terlibat lagi dalam gelanggang politik praktis.

Kemudian baru di akhir era Orde Baru yang dipimpin Presiden BJ Habibie, Ketua Umum PP Muhammadiyah Tn Amien Rais mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN). Sejarah lalu mencatat pada tahun 2020 beliau mendirikan Partai Ummat setelah PAN yang dipimpin Tn Zulkifli Hasan bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju. Beliau keluar dari PAN yang dirintisnya atas dasar status Tn Amien Rais termasuk tokoh oposan Presiden Jokowi.

Sekarang dalam fakta sosial menunjukkan, bahwa anggota dan tokoh ormas Islam seperti NU berada di pelbagai macam parpol nasional . Demikian pula setiap parpol, seperti PDI-P yang berlambang Banteng Moncong Putih sudah menampung anggota dan tokoh beragam ormas yang tumbuh dan hidup di wilayah Nusantara, termasuk dari tetesan darah PKI. Barokallah Amien.

Rabu, 09 November 23
Sabdasheh

Oleh: Sheh Sulhawi Rubba

Editor: Abdul Chalim
×
Berita Terbaru Update