Notification

×

Iklan

Iklan

Proyek Apalisasi Jalan Raya di Pedesaan dari Status Jalan Makadam

| November 24, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-11-24T14:46:28Z
Tegursapanews -  Sore ini kita dapat postingan sepotong video yang bernilai nostalgia tentang suasana jelang pemilu pada era Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Video tersebut dari sahabat  di Bondowoso Jawa Timur Tn Fathurrahman mantan Hakim Agama.

Alkisah ketika kita naik kereta api Lamsam (Lambat Sampai) bersama kekawan yang sekolah di kota Lahat pada hari Minggu sore dari stasiun Banjarsari Merapi ke stasiun Lahat pada tahun 1970an. Pada saat itu sebagian penumpang tidak mau beli karcis di loket, karena terbudaya penumpang kereta rakyat tersebut bayar tunai di atas kereta api kepada kondektur yang masuk dalam kantongnya.

Pada saat itu, kita pernah dengar ucapan dari penumpang yang tidak punya tiket naik kereta api rakyat tersebut, terdengar ucapan dia bilang kepada kondektur di dalam gerbong kereta api, Saya Pilih Golkar dalam pemilu. Kondektur lalu tersenyum dan maklum.

Ucapan warga negara yang menyatakan pilih Golkar dalam pemilu punya magnet tersendiri. Dulu salah seorang guru SMP Negeri Sidoarjo pernah bercerita kepada kita, bahwa banyak warga kampung di sekitar Bandara Juanda yang mendapatkan jatah hadiah tambak di pinggir pantai sekian hektar dari Kepala Desa, atas dasar mereka itu menjadi anggota dan pilih Golkar dalam pemilu.

Salah satu topik menarik kampanye Kepala Desa di kampung kepada rakyatnya, yaitu mengajukan sebuah pertanyaan kepada warga yang kalimatnya seperti ini. Apakah jalan raya di kampung kita ingin mulus dengan proyek aspalisasi ? Jika saja sebagian besar rakyat menjawab, Mau. Maka jangan lagi pilih PPP (No 1) dan PDI (No 3) dalam pemilu, segera beralih ke Golongan Karya (No 2).

Atas dasar sejarah politik tersebut, kalau kita berkunjung ke pedesaan di pulau Jawa. Ketika melihat jalan raya di kampung diaspal mulus, dapat dipastikan, bahwa warganya adalah mayoritas yang pilih Golkar dalam setiap kali pemilu (1971, 1978, 1983, 1988, dan1993). 

Pasti berbeda dengan kondisi dan situasi desa yang mayoritas warganya simpatisan PPP dan PDI. Jalan raya di kampung tersebut masih banyak ditemukan jalan yang disebut dengan istilah jalan makadam, yaitu jalan bebatuan yang belum dilapisi aspal, sekalipun di pinggir ibukota kabupaten. Afwan Wallahu aklam 

Jumat, 24 November 23
Sabdasheh

Oleh: Sheh Sulhawi Rubba

Editor: Abdul Chalim
×
Berita Terbaru Update