Notification

×

Iklan

Iklan

Status Pan, Ummat dan Pelita Parpol Warga Muhammadiyah

| November 08, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-11-09T02:20:47Z
tegursapanews - Alkisah karib kerabat kita Tn Surnawi al-Basri (1943-2017).seorang petani di Desa Gedung Agung Merapi Lahat Sumsel beralih profesi ke bidang usaha transportasi angkutan umum route dari Desa Simpang Agung ke kota Muara Enim yang berjarak sekitar 12 km, yang dirintis beliau sejak tahun 1972.

Kemudian ketika muncul industri mobil Kijang yang pertama yang dipelopori Tn Jusuf Kalla pada tahun 1977, beliau ambil satu unit mobil Kijang tersebut dengan cara kredit di kantor BRI Lahat. Mobil tersebut sebagai transportasi angkutan pedesaan dengan nama Pelita Desa. Nama produk mobil Kijang adalah singkatan dari Kerja Sama Indonesia Jepang statusnya disebut mobil nasional.

Pilihan nama Pelita Desa sebagai gandengan dari nama salah satu koran yang terbit di kota Pahlawan Surabaya dengan nama Pelita Kota yang dipimpin Tn Zawawi Lematang al-Basri (1945-1999). Dalam sejarah Pers Nasional tercatat, bahwa pada 01 April 1974 mulai terbit koran Harian Pelita di ibukota Jakarta dengan motto Persatuan Ummat dan Kesatuan Bangsa.

Konon Harian Pelita tersebut merupakan suara dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Parpol yang baru dideklarasikan pada 05 Januari 1973 usai pemilu kedua tahun 1971, yaitu Fusi dari 4 partai Islam (NU, PARMUSI, PSII dan PERTI). Pernah muncul opini dari para pembaca di Tanah Air, bahwa Harian Pelita (Islam), Kompas (Katolik) dan Merdeka (Marhaen).

Kemudian terkait dengan nama Pelita tersebut yaitu dari gagasan besar Pemerintah Orde Baru yang mencanangkan Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) selama 25 tahun yang diawali dengan Pelita Pertama 1969-1974. Dalam program tersebut, setelah Pelita kelima 1989-1994, status bangsa Indonesia tinggal landas yang dipimpin  Presiden HM. Soeharto.

Pada Pelita keenam (VI) Presiden HM Soeharto lengser keprabon tahun 1998, ketika itu muncul ide reformasi yang salah seorang tokohnya Tn Amien Rais dalam status sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah. Beliau mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN) pada 23 Agustus 1998 untuk menjadi kontestan pemilu pada 1999.

Kemudian pada tahun 2020 beliau menyatakan diri keluar dari PAN (Partai Amanat Nasional) dan membentuk Partai baru bernama Partai Ummat pada 29 April 2021 yang sekarang menjadi salah satu dari 18 parpol kontestan pemilu pada tahun 2024 dengan nomor urut 24 dari KPU. 

Tokoh ormas Muhammadiyah berikutnya Tn Din Syamsuddin juga mendirikan Partai Pelita pada 28 Februari 2022. Konon sekarang kedua tokoh Islam tersebut menjadi tim sukses Koalisi Perubahan dengan Paslon AMIN yang dipilih Tn Surya Paloh sebagai Ketua Umum Partai Nasdem.

Dengan demikian warga Muhammadiyah yang tertarik pada dunia politik praktis punya tiga wadah pilihan partai politik yaitu PAN, Ummat dan Pelita, selain PPP dan Parpol lainnya. Kita baca di media online kemarin tentang info laporan hasil survei pemilu pada hari ini,  Partai Ummat hasilnya O (nol) persen. Sedangkan PAN hanya meraih suara 3,1 persen dari 2.400 konstituen di 34 provinsi, hingga dia keluar dari status Partai Parlemen di IKN Nusantara Kalimantan Timur. Afwan Wallahu aklam.

Kamis, 09 November 23
Sabdasheh

Oleh: Sheh Sulhawi Rubba

Editor: Abdul Chalim
×
Berita Terbaru Update