Tentu kepulangan beliau disambut gembira oleh seluruh keluarga lebih-lebih sang ayah KH. Abdul Djabbar, karena beliau berharap penuh kepada putranya ini kelak memajukan pesantren Maskumambang yang beliau dirikan.
Tepatnya di tahun 1325 H. atau tahun 1907 M, sang ayah tercinta KH. Adul Djabbar wafat, kemudian kepemimpinan pesantren Maskumambang dipimpin oleh KH. Muhammad Faqih Maskumambang.
Setelah pesantren dipegang dan diasuh KH. Muhammad Faqih Maskumambang kemajuan pesantren Maskumambang berkembang pesat, banyak santri yang datang ke pesantren ini, diantara santri beliau yang menjadi ulama 'ternama antara lain:
KH. Abdul Hadi (Pengasuh Pondok Pesantren Langitan Tuban)
KH. Zubair Dahlan (Pengasuh Pondok Pesantren Sarang Rembang) beliau ayah dari KH. Maimun Zubair.
KH. Zubair Dahlan menuntut ilmu di pesantren ini setelah beliau belajar di Tanah Suci Makkah. Di sana guru KH. Zubair yang seperguruan dengan KH. Muhammad Faqih Maskumambang.
Selama menuntut ilmu di Tanah Suci Makkah adalah Syaikh Baqir al-Jugjawi Al-Makki (asal Jogja) yang sama-sama murid dari Syaikh Al-Mahfudz At-Tarmsi.
Dengan mondoknya KH. Zubair Dahlan kepada KH. Faqih Maskumambang menjadi satu pengakuan bahwa beliau bukanlah sosok ulama sembarangan.
Bersambung.....
