tegursapanews - Sejak Narmer, Firaun Mesir menggunakan mahkota bertumpuk dua, yang dikenal sebagai double Crown, sebagai simbol penyatuan kerajaan Utara dan selatan. Kemudian dilanjutkan dengan penyatuan lambang bunga lotus dan pohon Papirus yang menjadi simbol kesejahteraan dan kedua kerajaan.
Pemilihan kota Memphis di lembah sungai Nil, yang berada diperbatasan wilayah kerajaan utara dan Selatan, itu juga sebagai lambang penyatuan.
Kota yang berada di pintu delta Sungai Nil yang subur tersebut dikelilingi tembok untuk melindunginya dari luapan Sungai Nil saat musim banjir tahunan. Kota itu diberi nama Ineb - Head, yang dalam bahasa Mesir kuno bermakna tembok putih, menunjuk pada tembok yang mengelilingi kota.
Sedangkan nama Memphis baru muncul kemudian, yang dalam bahasa Yunani bermakna kota indah yang tertata rapi, karena didalamnya banyak ditemukan taman-taman yang indah dengan air mancur, kuil-kuil, dan istanah yang megah.
Bukti-bukti kemewahannya kini direkonstruksi oleh para arkeolog. Salah satunya, sebuah kota pemakaman yang di kenal sebagai nekropolis. Kota itu membentang sepanjang 40 kilometer.
Di dalamnya terdapat lebih 100 piramida yang menakjubkan serta ratusan makan para kerabat Firaun, pendeta, dan pejabat-pejabatnya.
Sayang karena usianya sudah lebih dari 5000 tahun, penggalian kawasan ini membutuhkan keahlian dan kehati-hatian yang ekstra. Benda-benda bersejarahnya sudah yang hancur dimakan usia atau hilang di curi para perampok kuburan Firaun.
Tetapi, fisik kota secara keseluruhan kini sedang di upayakan untuk direkonstruksi, lalu dimunculkan kembali, setidaknya untuk kawasan Kota pemakaman yang disebut Nekropolis itu.
Bersambung.....