Aku belajar kepadanya selama beberapa lama. Aku tidak melihatnya, kecuali salah satu dari tiga perkara. Bisa jadi shalat, bisa jadi puasa, dan bisa jadi membaca Al-Qur'an.
Aku juga tidak pernah melihatnya berbicara sedikit pun tentang Rasulullah Saw, kecuali dalam keadaan suci. Ia pun tidak akan berbicara sesuatu yang tidak penting.
Menurutku, ia adalah salah seorang ahli ibadah yang zuhud dan takut kepada Allah Swt. Aku tidak pernah melihatnya sekalipun kecuali bantal didudukinya. Jafar juga memberikan ku bantal untuk duduk."
Setelah belajar beberapa lama kepada dua guru terdahulu, Imam Malik kemudian berguru kepada Ibn Hurmuz, salah seorang Tabi'in. Guru beliau kali ini memiliki nama asli Abdurrahman bin Hurmuz Al-A'raf Abu Daud al-Madany.
Ia dahulu adalah budak yang di merdekakan oleh Rabi'ah bin al-Harits bin Abdul Muthalib. Setelah di merdekakan, sang Guru banyak belajar dan meriwayatkan dari para sahabat seperti Abu Hurairau, Abdullah bin Abbas, Abu Said al-Khudry, Muawiyah bin Abu Sufyan, dan masih banyak lagi.
Sebagai seorang Ulama ahli Hadits, ia sangat dipercaya dan riwayatkannya sangat dipegang. Bahkan, Ibn Saad memuji, " Is Tsiqsh dan banyak Meriwaya Hafits."
Imam Malik rupanya memilih guru yang tepat. Selain sebagai ahli Hadits, Ibn Hurmuz juga seorang Ulama yang terkenal sebagai ahli debat, terutama jika lawannya adalah orang-orang yang sering mengikuti hawa nafsu.
Oleh sebab itu, saat para penduduk Madinah mengalami masalah dan mengalami perdebatan berkepanjangan, Ibn Hurmuz akan selalu di undang untuk menyelesaikan permasalahan.
Bersambung.....
Kedinding Lor, Surabaya, 10 -Januari - 2024
E C O S O C
