Salah satu cara Presiden Jokowi mencintai aneka ragam budaya suku bangsa di wilayah Nusantara, beliau menggunakan pakaian Adat Suku Badwy Lebak Banten pada acara HUT RI yang ke 76 di Gedung DPR-MPR RI Senayan Jakarta pada Senin, 16 Agustus 2021.
Ketika kita mendengar sebutan Suku Badwy di Lebak Banten, terbayang tentang Profil Suku Badwy di Jazirah Arab yang tertulis dalam buku sejarah Islam, yang hidupnya berpindah pindah dengan istilah Nomaden. Profil Suku Badwy di Lebak Banten yang populasinya sebanyak 26.000 jiwa terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Badwy Dalam dan Badwy Luar.
Alkisah ketika kita keluyuran di Jawa Barat dari Bandung sampai ke Sukabumi dan Bogor pada bulan September yang lalu. Kita ingin sekali ke daerah Lebak Banten berkunjung ke kampung Suku Badwy Dalam yang berdomisili di Desa Kanekes kecamatan Leuwidamar. Beritanya viral di media online tentang profil masyarakat kampung Badwy yang tetap setia melestarikan budaya leluhur.
Masalah keinginan tersebut pertama kali kita sampaikan kepada Tn Chairil Anwar di kota Bandung. Kita usul perjalanan dari Sukabumi dilanjutkan sampai ke Lebak Banten. Sayang pada saat itu beliau punya kesibukan keluarga yang tidak bisa ditunda. Kemudian kita usulkan kembali kepada kerabat kita di Depok Jawa Barat Tn Chilmi Mardiyanto program acara keluyuran ke Lebak Banten keinginan melihat langsung tentang budaya dan kehidupan warga masyarakat Badwy yang unik dan menarik perhatian para wisatawan.
Apa dasar berpikirnya kita ingin berkunjung ke perkampungan masyarakat Badwy tersebut ?. Kita ingin melihat tentang profil budaya leluhur bangsa Indonesia beberapa abad yang silam yang masih terawat di perkampungan Suku Badwy di Lebak Banten, seperti masalah pertanian dan perkebunan yang bersahabat dengan alam sekitarnya.
Salah satu komoditas hasil pertanian warga di perkampungan Suku Badwy yang jadi andalan di daerah Lebak Banten yaitu Buah Durian yang melimpah ruah di musim buah. Setiap keluarga punya kebun Durian yang ditanam di lereng bukit, buah tersebut dipikul di atas pundak oleh para petani dari kebun ke kampungnya dan ke pasar tempat penampungan buah. Kemudian buah Durian tersebut dijual para pedagang sampai ke ibukota Jakarta dan kota lainnya di wilayah Banten.
Konon asal usul masyarakat Badwy tersebut adalah warga kerajaan Padjadjaran yang tinggal di pedalaman. Mereka menganut faham Selam Sunda Wiwitan warisan kepercayaan leluhurnya. Pada saat ini, sudah tercatat di kantor kementerian agama Lebak Banten tentang beberapa warga suku Badwy yang berstatus sebagai mualaf. Barokallah Amien
Kamis, 18 Januari 24
Sabdasheh
Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
Editor: Abdul Chalim