tegursapanews - Alkisah pada tahun 2017, ketika kita tawaf di Seoul Korea Selatan. Guide tour yang belajar Bahasa Indonesia selama 2 tahun di Bandung dan Yogyakarta bercerita tentang masalah hujan di Korea Selatan. Iklim udara di negara tersebut mengalami 4 musim, yaitu musim panas, dingin, gugur dan semi.
Gadis cantik yang menganut faham atheis tersebut di sepanjang perjalanan memberikan informasi kepada wisatawan asing, bahwa volume air hujan selama setahun di wilayah Korea Selatan lebih banyak volume air hujan yang turun di Nusantara, jika dibandingkan volume hujan sehari di ibukota Jakarta.
Salah satu alasan keputusan Presiden Jokowi memindahkan Ibukota Negara dari DKI Jakarta ke IKN Nusantara di Penajam Paser Utara Kalimantan Timur adalah masalah banjir, selain lalu lintas macet, status tanahnya turun setiap bulan dan beragam pertimbangan lainnya.
Ketika kita menyaksikan siaran musibah banjir bandang di Jakarta di layar kaca. Kita lalu ingat ketika wukuf di Padang Arafah bersama jutaan muslim sedunia. Andaikan aktivitas manasik haji dilaksanakan di Jakarta, persis di musim hujan dan banjir bandang pada bulan Januari.. Tidak bisa dibayangkan, kalang kabutnya umat Islam melaksanakan rukun Islam yang kelima atau Pilar Pancasila Islam yang keempat.
Salah satu wilayah langganan banjir di pinggir Bengawan Solo setiap tahun tercatat daerah Lamongan Jawa Timur. Kita pernah baca berita di mass media, bahwa sebagian warga senang dengan kehadiran banjir di kampung mereka. Alasannya pasti dapat jatah bantuan sembako dari warga dan pemerintah daerah.
Terkait dengan datangnya musim hujan dan musibah banjir. Kita menduga ada warga yang berdoa kepada Tuhan, supaya turun hujan cukup sebentar saja di wilayah kampungnya, jangan sampai banjir bandang. Hujan yang deras dan lebat, mohon diturunkan malaikat langsung ke atas laut, sekalipun waktu hujan agak lama beberapa jam.
Subhanallah, Maha Bijak dan Maha Adil Tuhan yang telah menetapkan lokasi wukuf pada bulan Zulhijjah bagi para jamaah haji di Padang Arafah Makkah Arab Saudi, lokasi yang hanya mengalami dua musim saja, yaitu musim dingin dan musim panas. Dengan itu jamaah haji terhindar dari kasus banjir bandang seperti musibah tahunan di Jakarta. Barokallah Amien.
Sabtu, 13 Januari 24
Sabdasheh
Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
Editor: Abdul Chalim
