tegursapanews - Status masjid sebagai pusat peradaban Islam adalah simbolis eksistensial kaum muslimin di muka bumi. Klasifikasi masjid sebagai tempat ibadah umat Islam terbagi dalam beragam istilah, masjid yang kecil disebut warga dengan istilah Surau, Langgar dan Musala, selain nama Masjid Abata di perkampungan di wilayah RW Kota, seperti Profil Masjid al-Furqan di Perum Taman Jenggala Larangan (Manggalarang) Sidoarjo Jawa Timur.
Profil masjid yang lebih besar, disebut dengan istilah Masjid Kubro, Masjid Agung dan Masjid Jamik di wilayah kecamatan dan kabupaten kota. Kemudian disebut Masjid Raya di ibukota Provinsi seperti Masjid Raya al-Jabbar di Bandung Jawa Barat, karya Gubernur Jawa Barat Tn Ridwan Kamil. Sedangkan masjid tingkat Nasional disebut Masjid al-Akbar seperti Masjid Istiqlal di DKI Jakarta. Terakhir Masjid al-Haram di Makkah sebagai masjid global termasuk Masjid Nabawi di Madinah dan Masjid al-Aqsha di Yerusalem Palestina.
Alkisah pada akhir Agustus 2019, kita pernah berkunjung dan salat Jamak Zuhur dan Asar di masjid tertua di Pulau Ambon Kepulauan Maluku yang berada di sebuah kampung di pesisir pantai utara. Selain itu kita melihat Masjid Tua yang konon berusia 400 tahun di Lombok Utara NTB. Bentuk masjidnya masih sangat sederhana dengan atap Rumbia dan dinding bambu (gedheg).
Salah satu kisah yang cukup menarik tentang masalah masjid. Ketika kita Tawaf di kota Dili Timor Leste yang konon 99 persen warganya beragama Katolik pada tahun 2015. Pada saat itu kita mendengar cerita dari ketua Takmir Masjid an-Nur Dili Tn Anwar Dacosta, bahwa pemerintah Provinsi ke 27 Timor Timur ketika masih berintegrasi ke NKRI. Para pejabat daerah tidak mengizinkan umat Islam untuk membangun Masjid, namun membolehkan kalau membangun Musala, sekalipun besarnya seluas masjid raya, seperti Masjid an-Nur.
Kemudian percikan pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan sepanjang hayat, waktu kita masuk ke dalam Masjid Nabawi di kota Madinah pada bulan Ramadan. Ketika kita keluar masjid mau kembali ke kamar hotel, kita merasa kehilangan sepasang sandal jepit yang ditaruh di lemari alas kaki di dekat pintu masjid. Besok harinya sandal tersebut kita temukan masih tetap berada di tempatnya. Hal tersebut karena ketika kita masuk masjid, kita tidak mencatat berapa nomor pintu masjid tersebut, karena bentuk pintu desainnya sama sebangun.
Kemarin kita melihat siaran di layar kaca dan baca berita di media online, Presiden Jokowi meletakkan batu pertama pembangunan Masjid al-Akbar di IKN Nusantara Penajam Paser Utara Kalimantan Timur pada Rabu, 17 Januari 2024. Dalam perencanaan masjid yang dibangun dengan dana Rp 940 miliar tersebut selesai dibangun selama 400 hari kerja dengan kapasitas bisa memuat jamaah 22.000 orang. Dengan demikian, terbuka kemungkinan masjid tersebut bisa digunakan untuk Salat Tarawih pada bulan Ramadan dan Salat Iedul Fitri pada tahun 1446 H atau bulan Maret 2025.
Dalam hal ini, mungkin banyak umat Islam di Nusawi yang sudah pasang nawaitu seperti kita. Ada keinginan untuk kembali berkunjung ke IKN Nusantara tahun depan setelah ganti Presiden baru, hasil pemilu pada Rabu, 14 Februari 2024 yang akan datang. Salah satu tujuan kita, yaitu ingin merasakan suasana salat di dalam ruangan Masjid Mutakhir yang tampak berbentuk seuntai Sorban Ulama yang ketinggian menara 99 meter. Status masjid tersebut termasuk salah satu bagian warisan monumental Presiden Jokowi yang akan lengser keprabon pada Oktober 2024 nanti. Maqbulan Amien
Ahad, 21 Januari 24
Sabdasheh
Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
Editor: Abdul Chalim