tegursapanews - Alkisah ketika kita tawaf di kota Seribu Kuil Singkawang Kalimantan Barat pada Oktober 2012, pada saat itu kebetulan sedang musim buah Duren. Kita beli buah Duren tersebut ukuran sedang yang masak sempurna jatuh dari pohonnya, pada pedagang tradisional di pinggir jalan. Harganya murah meriah ketika dibandingkan harga Duren di pulau Jawa.
Beberapa buah duren yang kita beli, kita minta bantu kepada pedagang supaya dibuka dan dibuat jadi Tempoyak untuk dibawa pulang ke Sidoarjo Jawa Timur.. Sedangkan satu buah kita bawa ke kamar hotel buat menu minum' Kopi Duren di Warung di pagi hari dan sore. Sebuah Duren yang berisi lima ruang cukup buat minum kopi Duren selama dua hari.
Sedangkan kuliner Tempoyak yang kita bawa pulang ke kota Sidoarjo, ketika di rumah kita bikin sambal goreng sebagai lauk pauk waktu kita makan bersama keluarga. Atas dasar pengalaman tersebut, kita bisa menikmati buah Duren pagi, siang dan sore selama beberapa hari, meski bukan di musim buah Duren.
Pengalaman kita sebagai keluarga besar petani tradisional tinggal di pedesaan, sejak balita kita sudah mengenal buah Duren yang masak sempurna jatuh dari pohonnya. Sebaliknya, pengalaman sebagian kekawan kita yang berdomisili di Surabaya, kepalanya merasa pusing ketika tercium aroma buah Duren yang masak di pohonnya.
Percikan kisah singkat yang menarik dan tak terlupakan sepanjang hayat. Pada waktu kita keluyuran di Thailand pada tahun 2016, kita melihat pedagang jual Duren Monthong di rest area. Ketika kita mau beli, kita harus ngomong ke pedagang, supaya dicarikan buah Duren yang dagingnya lunak, Duren yang masak jatuh dari pohonnya.
Kenapa demikian ?. Guide tour kita bercerita, bahwa budaya warga Thailand sejak mengenal buah Duren, mereka makan buah Duren yang setengah matang. Hal tersebut, bisa dilihat di video tentang petani Thailand yang sedang panen Duren di kebun. Mereka petik buah Duren di atas pohonnya, lalu dilemparkan ke temannya yang jaga di bawah pohon.
Timbul pertanyaan dari netizen yang pernah tertipu para pedagang pada saat beli buah Duren di pinggir jalan, yang buahnya masih mentah. Apakah para petani di Nusawi panen Duren tersebut sudah terpengaruh dengan budaya petani Thailand yang suka makan buah Duren setengah matang. Mereka tidak pernah tunggu buah Duren yang jatuh dari pohonnya di kebun yang sudah masak sempurna ?. Wallahu aklam.
Rabu, 17 Januari 24
Sabdasheh
Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
Editor: Abdul Chalim