Notification

×

Iklan

Iklan

Status Sosial warga Miskin Papa dan Kaya Raya Termasuk Sunnatullah

| Januari 28, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-01-28T10:28:25Z
tegursapanews -  Beberapa hari yang lalu, kita menyaksikan info menarik di layar kaca hasil liputan wartawan televisi. Mereka melaporkan tentang problem negara kaya raya yang merasa kesulitan dalam mencari tenaga kerja, seperti di kerajaan Arab Saudi, Inggris, Belanda, Rusia termasuk Taiwan dan Brunei Darussalam dan lainnya.

Siang ini kita dapat postingan via WA dari sahabat karib sebuah video tentang profil warga negara yang hidup serba kekurangan di negara yang dikenal kaya raya, seperti warga negara Hongkong dan Jepang. Mereka hidup sangat memprihatinkan tinggal di sebuah apartemen yang mirip kandang ayam.

Beberapa tahun yang lalu, kita pernah terbang dari bandara internasional Juanda Sidoarjo ke Mataram Lombok NTB dengan tujuan ingin melihat profil kehidupan masyarakat miskin yang berdomisili di pulau Seribu Masjid. Kita dibantu sahabat lama di kampus IAIN Sunan Ampel Surabaya yang waktu itu dia berstatus sebagai Bupati Lombok Timur, yang bernama Tn Sukiman Azmy.

Kita sempat berkunjung ke beberapa desa dan ngobrol dengan warga setempat di rumahnya. Pada saat itu kita mendapatkan informasi, bahwa ribuan warga kelahiran Lombok menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri, seperti ke negara Malaysia dan Singapura. Kita sempat bertemu TKI dari pulau Lombok pada waktu berziarah ke tanah suci. Mereka bekerja di hotel di kota Makkah dan Madinah, selain cleaning service di lingkungan masjid dan tempat lainnya.

Dalam ajaran Islam yang bersumber dari kitab suci al-Quran dan Sunnah Rasulullah terekam tentang masalah strata sosial di muka bumi. Salah satu dari ajaran Islam tersebut tentang kewajiban mengeluarkan Sadakah Zakat bagi orang kaya kepada kaum duafa (fakir miskin) yang berada di sekitarnya, terutama kepada karib kerabat dan sahabat karib yang dalam hidupnya serba kekurangan.

Kehidupan warga negara di muka bumi dalam status kaya dan miskin adalah sunnatullah. Andaikan semua orang berstatus kaya raya, maka masyarakat tersebut akan mengalami banyak kesulitan seperti di negara barat. Demikian pula, jika semua warga hidup serba kekurangan seperti kulit hitam di negara Afrika. 

Namun standar kaya dan miskin tidak sama, nilainya berbeda antara tempat yang satu dengan tempat yang lainnya. Hal itu bisa dilihat dan dikaji dari standar upah minimun seperti para pekerja pabrik industri di pelbagai kota dan negara di seluruh dunia.

Sebuah ilustrasi, beberapa tahun yang lalu, kita pernah bertemu dan ngobrol dengan TKI di Kuala lumpur Malaysia. Kita tanya berapa upah tukang bangunan perhari disini, jawabannya 150 Ringgit Malaysia. Ketika dikurskan ke dalam uang Rupiah setara dengan nilai uang Rp 600.000,-  

Sebuah catatan, bahwa pada saat itu, ketika kita minum secangkir kopi di warung pinggir jalan raya harganya 4 Ringgit Malaysia atau setara Rp 15.000,-  Pada waktu yang sama di kota Surabaya dan sekitarnya, harga secangkir kopi Rp 4.000,- setara dengan nilai Seringgit Malaysia dan upah tukang bangunan di kampung Rp 150.000/hari.

Ahad, 28 Januari 24
Sabdasheh

Oleh: Sheh Sulhawi Rubba

Di edit di Kedinding Lor, Surabaya, Akhad, 28 - Januari - 2024

Editor: Abdul Chalim

U I P M

E C O S O C
×
Berita Terbaru Update