Notification

×

Iklan

Iklan

Tokoh yang Banjir Pujian dan Cacian Ketika Musim Kebanjiran

| Januari 29, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-01-29T08:02:00Z
tegursapanews -  Selama ini kita belum faham siapa saja tetokoh agama yang banjir pujian sekaligus banyak cacian seperti kisah kehidupan Rasul Global Nabi Muhammad SAW ketika beliau masih hidup dan setelah wafat pada tahun 632 M (10 H) di kota Madinah al-Munawarah.

Dalam masalah aneka ragam prihal kebanjiran di tengah masyarakat dan kasus banjir di muka bumi. Pada bulan ini, kita lihat di postingan media online dari sekian akun pedagang Duren dan netizen di Lahat dan daerah Sumsel lainnya tentang harga buah Duren yang 8 buah dijual dengan harga Rp 100 K di lapak atau di pondok pinggir jalan raya, bahkan diantarkan sampai ke alamat konsumen (cod).

Kalau boleh tau, berapa rupiah para petani jual buah Duren tersebut di kebun pohonnya kepada tengkulak ? 
Hal tersebut indikasi tentang berita aktual kisah kasus sedang terjadi Banjir Buah Durian di bumi Sriwijaya dan di Bumi Pertiwi.

Kemudian dalam pekan ini juga, kita lihat dan baca berita yang lebih menarik lagi tentang kisah kasus Sungai Lematang di Sumsel yang meluap, akibat hujan lebat beberapa hari di pelbagai tempat. Istilahnya disebut dengan Banjir Bandang yang sangat memprihatinkan.

Profil Sungai Lematang yang disebut orang Arab al-Matanji melewati 4 kabupaten di Sumsel bersumber dari Gunung Patah di kaki gunung Dempo Pagaralam yang airnya mengalir sampai ke laut selat Bangka melalui Sungai Musi. Dengan itu Sungai al-Matanji termasuk salah satu dari Batanghari sembilan.

Kita tahu pada abad silam tentang menariknya status Sungai Lematang, karena selama sekian tahun kita mandi dan cuci di Sungai Lematang tersebut yang mengalir deras seperti di area Pasar Bawah Lahat.

Selama ini kita tahu warga kampung di Simpang Agung Merapi Timur Lahat hampir setiap hari jual ikan sepit dan ikan segar ke pasar Muara Enim dan di pasar kecil yang disebut Kalangan pada setiap hari Sabtu. Ikan tersebut ditangkap warga dari Sungai Lematang yang waktu itu masih banyak lubuk yang dalam.

Alkisah pada akhir bulan Juni 23 yang lalu, kita ingin sekali mandi dan renang di Sungai Lematang untuk bernostalgia di masa remaja. Nawaitu kita dibatalkan, karena kita lihat tampak airnya sudah tidak jernih lagi seperti abad yang silam. 

Pada saat ini status Sungai Lematang sudah tercemar polusi dampak dari proyek puluhan usaha industri pertambangan, seperti tambang Batu Bara yang resikonya sudah merusak lingkungan hidup di tengah masyarakat.

Senin, 29 Januari 24
Sabdasheh
Editor: Abdul Chalim
U I P M
E C O S O C
×
Berita Terbaru Update