Notification

×

Iklan

Iklan

132 (Seratus Tiga Puluh Dua) Tradisi Membangun Ibu Kota Baru

| Februari 09, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-02-10T04:50:41Z
tegursapanews -  Mesir Menjadi pusat kekuasaan dan peradaban Islam baru pada masa Dinasti Fatimiyah pada akhir abad ke 10.
Sesudah itu, Mesir menjadi bagian dari Kerajaan Turki Utsmani. 

Adalah tradisi kaum Muslimin untuk membangun ibu kota baru setiap kali mereka menaklukkan suatu wilayah. Letak ibu kota itu mereka sesuaikan dengan kepentingan Islam. 

'Amru bin 'As misalnya,  menjadikan Fustat, yang terletak di sebelah utara benteng Babilion, sebagai ibu Kota Mesir yang baru, menggantikan Iskandaria. 

Pada waktu Dinasti Abbasiyah berkuasa, penguasa Abbasiyah di Mesir pun memindahkan ibu Kota Mesir ke arah Timur Laut Fustat dan menamainya Al-Hamra' al-Qushwa. 

Setelah itu, Gadak bin Salih mendirikan Kota Askar. Hari demi hari kota tersebut semakin besar dan akhirnya menyatu dengan Fustat. 

Pada tahun 256 H, Ahmad bin Tulun pun membangun Kota Qatha'i, yang penataannya mirip dengan Kota Samarra. 

Tidak hanya di Mesir, pergantian ibu kota juga terjadi di tempat lain. Ketika Mu'awiyah berhasil naik menjadi Khalifah, ia menjadikan Damaskus sebagai pusat pemerintahan Islam, menjadikan Kufah pada masa Khalifah 'Ali. 

Saat Dinasti Abbasiyah berhasil menggulingkan Dinasti Umayyah, penguasa Dinasti Abbasiyah pun memindahkan ibu Kota ke Baghdad. 

Bersambung.... 

Foto: Republika

Kedinding Lor, Surabaya, 10 - Februari - 2024

Abdul Chalim, CEO tegursapanews.com,  Sponsorship Universal Institute Of Professional Management (UIPM) 

U I P M

E C O S O C
×
Berita Terbaru Update