tegursapanews - Alkisah pada tanggal 17 Agustus 2017, kita berada di Tanah Toraja Sulawesi Selatan. Pada saat itu kita diantarkan biro jasa driver rental dari Bandara Hasanuddin Makassar sampai ke kota Palopo dan kembali lagi ke kota Makassar. Ketika itu, kita keluyuran di wilayah Sulawesi Selatan selama 3 hari.
Salah satu hal yang cukup menarik informasi dari Sulawesi Selatan yang terkenal dengan masyarakat yang relijius. Pada saat ini daftar tunggu manasik haji sudah sampai 47 tahun. Dalam hal ini bagi umat Islam yang daftar haji pada tahun 2024, mereka dijadwalkan akan berangkat ke tanah suci pada tahun 2071.
Atas dasar fakta sosial tersebut, yang menjadi dasar pemikiran kita merumuskan reformulasi Pancasila Pilar Islam di Indonesia, sila yang keempat yaitu Safari Tawaf (Qaul Sheh) dari Qaul Ulama Rukun Islam yang kelima Haji, yang sudah dihafalkan para santri di lembaga pendidikan Islam.
Hal lain yang sangat terkesan selama dalam perjalanan kita menelusuri wilayah Sulawesi Selatan. Kita melihat hamparan sawah ladang milik para petani yang sangat luas hingga ribuan hektar. Konon di daerah ini para petani panen padi sepanjang tahun tanpa henti. Dengan itu, status Sulawesi Selatan disebut salah satu dari Lumbung Padi Nasional di bagian Indonesia Timur. Barokahnya mereka mampu mendaftar manasik haji dari hasil panen padi yang melimpah ruah tersebut.
Pengalaman yang berbeda, ketika kita Tawaf Cinta Tanah Air ke Pulau Bangka pada tahun 2008. Kita tidak menemukan petani yang sibuk bekerja di sawah ladang seperti para petani transmigran dari Jawa di Merauke Papua Selatan. Usaha para petani di Pulau Bangka lebih banyak pada usaha Tambang Timah (Pasir Hitam), karena harga satu kilo Timah lebih mahal dari satu kilo beras.
Dengan itu, kebutuhan stok beras di Pulau Bangka dipasok dari Sumatra Selatan, seperti dari daerah Ogan Komering. Sekarang harga beras premium di pasar tradisional Sidoarjo Jawa Timur dijual dengan harga Rp 18.000 / kg. Timbul pertanyaan dari netizen, adakah perbedaan harga beras di Sulawesi Selatan sebagai Lumbung Padi Nasional dan di Pulau Bangka yang minim area ladang persawahan ?
Ketika kita melihat lahan sawah yang subur di pulau Jawa yang ribuan hektar, setiap tahun sudah berubah fungsi menjadi lahan pabrik industri, perumahan, dan infrastruktur yang lain. Di sisi lain, populasi jumlah penduduk Indonesia terus bertambah ribuan orang yang lahir pada setiap hari.yang butuh makan nasi.
Hal tersebut termasuk salah satu dari masalah nasional, yang harus dipecahkan masalahnya oleh pejabat Menteri Pertanian dan para menteri negara yang terkait dalam tugas dan tanggungjawab mereka sebagai pembantu presiden dalam mengemban amanat rakyat hasil pemilu setiap 5 tahun. Barokallah Amien
Senin, 26 Februari 24
Sabdasheh
Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
Editor: Abdul Chalim