tegursapanews - Alkisah pada akhir Agustus 2019, kita pernah berkunjung ke Pulau Waigeo di Raja Ampat Sorong Papua Barat Daya. Pada saat itu kita nginap di villa yang pernah ditempati Presiden Jokowi dan Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin. Hal tersebut, atas dasar rasa kita ingin tahu tentang keindahan alam Nusantara sebagai destinasi wisata internasional alami yang tiada bandingannya di muka bumi.
Pada saat itu, pagi pagi kita nongkrong di tempat Presiden Jokowi ketika menyambut sinar Matahari pagi di tahun baru 2015. Ketika itu kita sempat ngobrol dengan seorang lelaki penjaga pantai yang ternyata etnis Jawa, yang orang tuanya berasal dari desa yang sudah tenggelam di area lumpur Lapindo Porong Sidoarjo Jawa Timur pada tahun 2005.
Status penjaga pantai tersebut, beliau adalah seorang mantan prajurit TNI AD yang tidak kita duga sama sekali, bahwa beliau berstatus sebagai Ketua Umum PCNU Raja Ampat. Ketika itu beliau sempat bercerita tentang percikan kisah di arena Muktamar NU ke 33 pada Agustus 2015 di Jombang Jawa Timur.
Dalam acara Muktamar NU tersebut, sebagian kiai menolak hasil muktamar yang menetapkan KH Ma'ruf Amin sebagai Rois Am dan KH Said Aqil Siradj sebagai Ketua Umum PBNU Priode 2015-2020. Mereka yang menolak atas dasar telah terjadi kecurangan yang dilakukan panitia yang dipimpin Tn Saifullah Yusuf yang berstatus sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur.
Dalam muktamar tersebut terkandung misi masalah politik, yaitu Tn Muhaimin Iskandar sebagai Ketua Umum PKB nawaitu menjadi calon Wakil Presiden dan Tn Saifullah Yusuf menjadi calon Gubernur Jawa Timur. Kedua tokoh tersebut mohon doa restu kepada para kiai yang hadir dalam acara muktamar.
Kemudian pada saat menjelang pemilu tahun 2019, Ketua Umum PDI-P Pn Megawati Soekarnoputri cari tokoh NU untuk menjadi calon wakil presiden. Pada saat itu muncul nama cendekiawan NU alumni HMI kelahiran Sampang Madura yang sudah dipilih Capres Jokowi untuk menjadi pendampingnya.
Dalam hal ini diluar dugaan semua orang pada detik terakhir menjelang pengumuman di ranah publik. Keputusan dari PDI-P berubah, nama yang muncul yaitu Rois Am PBNU KH Ma'ruf Amin, hasil Muktamar NU di Jombang Jawa Timur. Konon ada bisikan dari siluman, bahwa status Tn Mahfud MD bukan kader NU meski sangat akrab dengan Presiden Gus Dur.
Konon kabar yang sudah tersiar di media online, seperti yang diucapkan tokoh nasional Tn Fahri Hamzah ketua Partai Gelora dan Tn Jimly Asshiddiqie mantan Ketua MK yang mustahil (kecil sekali kemungkinan) mereka berbohong. Pada awal cerita, bahwa Presiden Jokowi berharap sekali dalam pemilu 2024, yaitu Paslon Capres Cawapres yaitu Calon Presiden Tn Prabowo Subianto Ketua Umum Partai Gerindra dan Cawapres Tn Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah.
Masalah tersebut, yang kemudian diduga warga yang menimbulkan Isyu terjadinya jarak antara Presiden Jokowi dengan Ketua Umum PDI-P Pn Megawati Soekarnoputri pada saat ini. Sepucuk takdir Ilahi Capres Tn Ganjar Pranowo direstui PDI-P memilih Tn Mahfud MD sebagai calon wakil presiden di pemilu 2024.
Kemudian dampaknya timbul masalah sirius di fihak Koalisi Indonesia Maju untuk menetapkan tokoh nasional sebagai calon wakil presiden dari capres Tn Prabowo Subianto. Pada detik yang terakhir ada kesepakatan dari semua ketua partai Koalisi Indonesia Maju memilih Tn Gibran Rakabuming Raka yang berstatus sebagai Wali Kota Solo (Surakarta) Jawa Tengah yang ditetapkan oleh Partai Golkar.
Dalam hal ini, Presiden Jokowi sebagai ayah kandungnya merestui pilihan dari Capres Tn Prabowo Subianto. Masalah ini menimbulkan beraneka ragam spekulasi dari warga negara yang tidak faham tentang alur jalan cerita yang sebenarnya, seperti opini Presiden Jokowi ikut cawe cawe dan kampanye.
Semua peristiwa dalam kisah politik tersebut, menurut keyakinan sebagian para ulama yang ilmunya sudah menyentuh kaki langit adalah Takdir Ilahi yang sudah tertulis di area Lauhul Mahfudz. Namun sebagian yang lain beropini dan menilainya sebagai hasil dari rekayasa kelompok elite di ibukota Jakarta dengan tuduhan membangun dinasti Solo. Afwan Wallahu aklam.
Kamis, 22 Februari 24
Sabdasheh
Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
Editor: Abdul Chalim