tegursapanews - Alkisah pada 22 Juli 2017, kita pernah terbang dari Bandara Internasional Soekarno Hatta ke Tanjung Pandan Ibukota Belitung. Pada saat itu kita sempat mampir di rumah Tn Yusril Ihza Mahendra di Belitung Timur, kita diajak kakak kandungnya Tn Yusman Ihza mantan pejabat PT Tambang Timah di Pangkal Pinang masuk ke dalam rumah dan Salat di Musalanya.
Hal yang sangat menarik, salah satu kisah drama politik yang pernah diceritakan oleh Tn Yusril Ihza Mahendra sebagai Ketua Umum PBB yang tergabung dalam Poros Tengah. Pada saat menjelang SU MPR RI pada 1999 ada 3 orang calon presiden yaitu 1. Pendiri PKB Tn Abdurahman Wahid, 2. Ketua Umum PBB Tn Yusril Ihza Mahendra dan 3. Ketua Umum PDI-P Pn Megawati Soekarnoputri.
Pada saat itu, calon presiden yang memenuhi syarat adalah Tn Yusril Ihza Mahendra (PBB) yang punya Surat Keterangan Sehat Jasmani dan Rohani oleh dokter. Kedua calon lainnya tidak ada Surat Keterangan Sehat tersebut. Ketika sidang umum pemilihan presiden, Ketua MPR RI Tn Amien Rais (Ketua Umum PAN) mengabaikan persyaratan tersebut.
Sesungguhnya hal tersebut termasuk dalam kategori kecurangan dalam politik yang bisa digugat di pengadilan. Atas kebesaran jiwa Tn Yusril Ihza Mahendra, hal tersebut didiamkan saja, demi nama baik Gus Dur yang tidak memenuhi syarat dalam hal kesehatan. Pada hal pada saat itu, peluang besar bagi Tn Yusril Ihza Mahendra untuk menjadi presiden yang ke-empat setelah Presiden BJ Habibie.
Pekan lalu, kita pernah baca berita di media online sebuah kasus di Palembang, seorang anak usia remaja yang nekad memukul ayah kandungnya sendiri gegara masalah sepele. Konon waktu nonton tv bersama, acara debat presiden pada Ahad malam, 04 Februari 24, antara anak dan ayah berbeda pilihan, hingga terjadi keributan di dalam rumah.
Demi kerukunan di dalam rumah tangga, si ayah matikan tv yang sedang siaran langsung. Pada saat itu si anak tidak terima tv dimatikan, sehingga ayah kandungnya dipukuli hingga babak belur. Lebih lanjut kasus anak durhaka tersebut dilaporkan ke aparat kepolisian. Sesungguhnya masalah tersebut sepele yang dijadikan besar oleh yang kerdil dan viral di media sosial.
Demikian pula yang terjadi pada saat ini, kasus kesalahan input data dari TPS diviralkan di medsos sebagai bentuk kecurangan oleh fihak yang kecil prosentasenya dalam laporan quick count lembaga survei. Mereka tidak rela, jika Paslon Nomor 02 meraih suara lebih dari 55 persen yang akan ditetapkan KPU, Tn Prabowo Subianto sebagai Presiden dan Tn Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden setelah selesai real count terhadap 823.220 titik TPS Pemilu 2024.
Sesungguhnya hal yang wajar saja, jika terjadi kesalahan input data yang dilakukan petugas KPPS, karena banyak faktor, antara lain mereka kecapekan setelah bekerja selama sekian jam dari pagi sampai sore dan malam sampai subuh. Bahkan ada petugas KPPS yang wafat di Jakarta, karena almarhum kurang sehat dan dipaksakan melaksanakan tugas dalam pemilu lima tahun sekali.
Andaikan kasus kecurangan yang dilaporkan ke Bawaslu sebanyak 1000 macam kasus. Coba hitung berapa persen dari total TPS yang berjumlah 823.220 ?.
Kemudian jika nanti ditemukan ada 10 orang petugas KPPS yang salah input data di seluruh Nusantara yang berani dan sengaja merubah jumlah angka suara, misalnya dari angka 81 menjadi 851, berarti kan hanya 01 persen. Ini termasuk hal yang sepele dalam pemilu.
Semua umat beragama faham, bahwa Profil Tuhan Yang Maha Bijak mengampuni dosa hamba di muka bumi yang sebesar apapun, kecuali dosa syirik. Itu bedanya orang kerdil dengan orang yang berjiwa besar yang faham ilmu agama, seperti Tn Yusril Ihza Mahendra, ketua umum PBB yang tetesan darah Minang.
Ribuan tokoh politik nasional yang berjiwa besar, antara lain ketua MPR RI Tn Idham Chalid dari Partai NU, Tn Adam Malik dari Partai Murba, Tn Hidayat Nur Wahid dari PKS dan sederet nama tokoh yang lainnya. Mereka itu sangat faham bahwa politik itu bukan hitam putih, tapi sarat dengan tipu muslihat. Afwan Wallahu aklam.
Ahad, 18 Februari 24
Sabdasheh
Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
Editor: Abdul Chalim