tegursapanews - Alkisah pada tahun 1979, ketika kita sedang berada di Jakarta pernah ikut mendengarkan ceramah Tn Amien Rais yang baru saja pulang dari Amerika Serikat. Pada saat itu, beliau diundang PB HMI untuk memberi tausiyah kepada kader HMI tentang masalah Indonesia dari pengamatan beliau studi ilmu politik di Universitas Chicago Amerika Serikat.
Ketika Tn Amien Rais kuliah di Amerika Serikat, beliau didatangi oleh Tn Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada tahun 1977. Pada saat itu Gus Dur sedang berada di negara Paman Syam. Itulah kisah awal mereka saling kenal sebagai tokoh Islam nasional kelahiran Indonesia.
Dalam perjalanan waktu, keduanya menjadi pemimpin ormas Islam. Dalam muktamar NU ke 27 di Situbondo Jawa Timur tahun 1984, Gus Dur terpilih sebagai Ketua Umum PBNU. Kemudian dalam Muktamar Muhammadiyah yang ke 43 tahun 1995 di Banda Aceh, Tn Amien Rais terpilih sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah.
Kemudian pada tahun 1998, kedua tokoh Islam tersebut mendirikan Partai Politik Islam, yaitu PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) dan PAN (Partai Amanat Nasional). Setelah usai pemilu tahun 1999, Tn Amien Rais minta Gus Dur untuk menjadi calon Presiden Indonesia urutan yang ke-empat yang dipilih langsung dalam SU MPR RI yang dipimpin Tn Amien Rais sendiri.
Atas dasar kegagalan faham diantara kedua tokoh Islam tersebut. Sejarah politik nasional mencatat Gus Dur lengser keprabon pada tahun 2001. Dengan demikian hubungan mereka renggang sampai Gus Dur wafat pada tahun 2009. Pada waktu Gus Dur masih hidup dia pernah melontarkan sebuah opini di ranah publik, bahwa para politisi yang berperan melengserkannya akan menjadi sosok gelandangan politik di Nusawi.
Dalam status Tn Amien Rais sebagai ketua Majlis Syura Partai Amanat Nasional dalam pemilu 2014, beliau mendukung Tn Prabowo Subianto sebagai Capres bersama Cawapres Tn Hatta Rajasa, Ketua Umum PAN. Dalam pemilu 2019, Tn Amien Rais tetap mendukung Capres Tn Prabowo Subianto Ketua Umum Partai Gerindra bersama pengusaha nasional Cawapres Tn Sandiaga Uno.
Kemudian setelah Kongres PAN ke V pada tahun 2020 di kota Kendari Sulawesi Tenggara, Ketua Umum PAN Tn Zulkifli Hasan bergabung dalam Koalisi Indonesia Maju. Barokahnya beliau mendapatkan jatah kursi kabinet Menteri Perdagangan. Hal tersebut ternyata tidak berkenan di hati Tn Amien Rais yang anti terhadap Presiden Jokowi. Dalam kasus ini, beliau menyatakan keluar dari PAN, kemudian mendirikan Partai Ummat pada tahun 2021.
Dalam sejarah politik nasional tercatat pada pemilu 2024, Partai Ummat (PU) masuk dalam parpol kontestan Pemilu di KPU, pada urutan terakhir yaitu nomor 24. Perolehan suara Partai Ummat dalam real count KPU sementara hanya berhasil mendapatkan 0,4 persen suara dari konstituen nasional di wilayah Nusantara. Posisi PU berada di atas PBB yang meraih suara 0,3 persen dan di bawah Partai Buruh yang meraih suara 0,6 persen.
Tampaknya status Partai Ummat akan seperti Profil Partai Gelora (Gelombang Rakyat) yang didirikan mantan tokoh PKS dan PKN (Partai Kebangkitan Nasional) yang didirikan mantan tokoh Partai Demokrat (PD). Parpol tersebut mengalami kesulitan untuk masuk dalam deretan daftar 9 Partai Parlemen di Senayan. Wallahu aklam.
Selasa, 27 Februari 24
Sabdasheh
Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
Editor: Abdul Chalim