Notification

×

Iklan

Iklan

Seribu Satu Ragam Bentuk Pelanggaran Etika di Muka Bumi

| Februari 11, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-02-12T05:12:57Z
tegursapanews -  Alhamdulilah pada malam ini, kita bersama puluhan umat Islam di Manggalarang dapat undangan acara tahlilan dan kirim doa momen 100 hari buat al-Maghfur Ahmad Basuki di Jalan Sudirman Empat. Status acara baca Surat Yasin dan Ritual Tahlilan di tengah masyarakat buat mereka yang sudah wafat termasuk adat istiadat yang terpelihara dengan baik sebagai budaya Islam Nusantara warisan dari leluhur.

Anak cucu yang melaksanakan ritual tersebut termasuk kategori anak yang saleh, karena bagian dari akhlak (etika) orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah berada di alam barzah. Dalam hal ini timbul pertanyaan dari netizen. Apakah umat Islam yang tidak peduli terhadap budaya tersebut, mereka itu termasuk warga yang melanggar etika dan adat istiadat di tengah masyarakat ?.

Dalam masalah pelanggaran etika dalam kehidupan warga di tengah masyarakat banyak macam ragamnya. Salah satu diantaranya yaitu warga yang enggan bayar iuran kampung di lingkungan RT dan RW yang disepakati semua warga setiap awal bulan. Padahal status iuran kampung bulanan adalah percikan dari ibadah Sadakah dalam ajaran semua agama.

Hampir setiap hari kita mendapatkan informasi yang menyesatkan pikiran umat dan rakyat yang diproduksi pabrik industri berita hoax dan fitnah di ibukota yang disebarkan di media sosial. Hal tersebut hakekatnya termasuk dalam perbuatan maksiat, yaitu pelanggaran etika warga negara terhadap hukum agama, negara dan adat istiadat.

Dalam ajaran semua agama, setiap puja puji terhadap makhluk di muka bumi terminalnya adalah Tuhan Yang Maha Segalanya di alam semesta. Sebaliknya semua bentuk caci maki terhadap siapapun di tengah masyarakat pasti akan kembali kepada hamba itu sendiri. Maka dengan demikian, jika status pujian adalah akhlak yang disebut dengan etika, prihal cacian termasuk dalam pelanggaran etika. Dalam Filsafat Jawa dirumuskan Pujangga dengan ungkapan "Mikul Nduwur Mendhem Njero".

Sekarang ini muncul salah seorang mubaligh muda berusia 30 tahun dari Blitar Jawa Timur yang dipanggil jamaah dengan sebutan Gus Iqdam. Beliau lagi naik daun yang digemari seluruh lapisan anggota masyarakat, dari umat yang sering maksiat sampai pada santri yang patuh dan taat pada semua peraturan.

Timbul pertanyaan dari para netizen, kenapa terjadi demikian ? Jawabnya mungkin atas dasar akhlaknya atau etikanya Gus Iqdam dalam setiap kali ceramah agama di ranah publik. Beliau mampu merangkul kaum duafa dan umat yang awam dengan cinta dan kasih sayang. Bukan dengan cara menebar kebencian dengan hoax dan fitnah di tengah masyarakat seperti amaliah kelompok oposan. Wallahu aklam.

Ahad, 11 Februari 24
Sabdasheh

Oleh: Sheh Sulhawi Rubba

Editor: Abdul Chalim


×
Berita Terbaru Update