Notification

×

Iklan

Iklan

Ulama Yang Ilmunya Sudah Menyentuh Kaki Langit Disebut Aulia

| Februari 20, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-02-20T12:50:06Z

tegursapanews -  Alkisah ketika kita tawaf (keluyuran) di kota Seribu Kuil Singkawang Kalimantan Barat pada Oktober 2012. Kita mendengar informasi dari warga etnis Tionghoa yang beragama Budha tentang rencana Walikota Singkawang akan membangun Patung Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di tengah kota, seperti berdirinya Tugu Naga di Simpang Empat.

Apa dasar berpikirnya ?
Pada saat itu kita mendengar informasi, bahwa status warga Singkawang tersebut mayoritas etnis Tionghoa yang beragama Budha. Adapun status Gus Dur sebagai Presiden Indonesia yang ke-empat telah meresmikan Agama Konghucu sebagai agama yang dilindungi UU di wilayah Nusantara, seperti agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. 


Atas dasar kebijakan tersebut, sebagian warga Singkawang yang beragama Budha pindah ke agama Konghucu. Mereka sangat bersyukur dan terima kasih atas kebijakan Gus Dur yang akan diwujudkan dalam bentuk membangun Patung Presiden Abdurrahman Wahid di kota Singkawang Kalimantan Barat.

Profil Gus Dur disenangi oleh beragam etnis di Bumi Pertiwi yang menganut multi agama dan kepercayaan. Beliau termasuk salah seorang Wali Allah yang ilmunya sudah menyentuh kaki langit. Beliau setiap kali ngomong di ranah publik selalu diawali dengan guyonan sebagai ciri khasnya. Dengan itu suasana para jamaah yang hadir menjadi santai.

Kalau diperhatikan secara cermat, sungguh banyak para ulama Indonesia yang ilmunya sudah menyentuh kaki langit, antara lain tokoh NU yang dipanggil Gus Mus, Gus Baha', Gus Mik dan sederet nama tokoh Islam lainnya, tetesan darah para kiai di lingkungan pondok pesantren di pulau Jawa.


Salah satu ciri khas Kiai NU dalam dakwahnya di tengah masyarakat. Mereka itu banyak yang menggunakan Bahasa Jawa, selain Bahasa Indonesia. Beberapa ungkapan dalam Bahasa Arab terasa lebih mantap didengarkan telinga umat Islam ketika diterjemahkan kiai dalam Bahasa Jawa, misalnya istilah "Tawakal kepada Allah" diterjemahkan dengan ungkapan "Pasrah Bongkoan."

Sekarang muncul seorang kiai NU yang lahir di Desa Karang Gayam Srengat Blitar Jawa Timur yang masih berusia 30 tahun. Beliau dipanggil para jamaah Sabilu Taubah dengan sebutan Gus Iqdam. Namanya viral di medsos dan dikagumi warga negara Indonesia di pelbagai tempat di wilayah Nusantara.

Dalam hal ini, atas rasa kita ingin tahu yang sekaligus ingin bertemu tatap muka dan jabat tangan dengan Gus Iqdam di rumahnya. Pekan lalu pada hari Rabu, 14 Februari 2024, persis di hari pesta demokrasi. Kita nawaitu berangkat dari Manggalarang Sidoarjo ke Desa Karang Gayam Srengat Blitar diantar sahabat karib Tn Abdul Choliq Zen di Kediri yang juga sebagai tokoh NU.


Mungkin banyak orang yang bertanya di dalam hati memasing seperti kita. Kenapa Gus Iqdam yang masih usia muda belia punya magnit yang luar biasa di tengah masyarakat. Mereka yang pernah hadir dalam acara rutin di Majlis Taklim Sabilu Taubah pada Senin malam dan Malam Jumat bukan hanya dari kalangan warga NU di sekitar Blitar saja.

Konon diantara ribuan orang jamaah yang hadir selama ini terdapat jamaah non-muslim yaitu dari kalangan umat Hindu, Budha, Kristen dan Katolik, mungkin termasuk umat Konghucu dari luar kota dan dari luar pulau Jawa. Hal ini termasuk fenomena yang termasuk aneh yang juga dipertanyakan oleh Gus Iqdam sendiri. Apakah kasus yang semacam Ini termasuk dalam wilayah karomah bagi para aulia di muka bumi ?. Afwan Wallahu aklam.

Selasa, 20 Februari 24
Sabdasheh

Oleh: Sheh Sulhawi Rubba

Editor: Abdul Chalim


U I P M - For Further Information: 0818 536 867
×
Berita Terbaru Update