"... Jangan tumpahkan darah... Sebab darah yang tepercik tak akan tertidur."
tegursapanews - Itulah kalimat terakhir yang di sampaikan Salahuddin al-Ayyubi kepada putranya az-Zahir, sesaat menjelang kematiannya.
Wasiat tersebut sejalan dengan pendirian dan tindakan Salahuddin al-Ayyubi selama hidup. Ketika pasukan salib dikalahkan, yang dilakukan Salahuddin al-Ayyubi bukanlah menjadikan orang-orang Nasrani sebagai budak.
Ia malah membebaskan sebagian besar mereka tanpa dendam, padahal pada tahun 1099, ketika pasukan salib dari Eropa merebut Yerusalem, 70 ribu orang muslim kota itu dibantai dan sisa-sisa orang Yahudi di giring ke sinagog untuk di bakar.
Di antara sekian banyak tokoh Muslim terkemuka, Salahuddin al-Ayyubi (1138-1193), yang di Barat di kenal dengan nama Saladin, memiliki tempat yang sangat terhormat di kalangan Umat Islam.
Ini terutama karena Salahuddin al-Ayyubi adalah pejuang muslim yang berhasil merebut kembali kota suci Yerusalem pada 1187, setelah dikuasai tentara salib selama hampir 90 tahun.
Kiprah Salahuddin al-Ayyubi dalam perang Salib itu menancapkan pengaruh yang dalam seiring dengan residu perang Salib itu sendiri yang hingga kini terus membayangi pola relasi antara Islam dan Barat pada umumnya.
Selain di kagumi kalangan muslim, Salahuddin al-Ayyubi juga memiliki reputasi besar di kalangan Kristen Eropa.
Ia di kenal dengan sifat-sifatnya yang mulia: sederhan, cinta ilmu, Saleh, taat beribadah, akrab, dan toleran terhadap orang lain, termasuk kepada kaum nonmuslim.
Kisah perang dan kepemimpinannya banyak di tulis dalam karya puisi dan sastra Eropa. Salah satunya adalah The Talisman (1825), karya Walter Scott.
Cerita-cerita heroiknya telah banyak di catat dalam buku-buku sejarah. Bahkan penggalangan kisahnya diangkat oleh Ridley Scott dalam film kingdom of Heaven (2005).
Foto: Okezone
Kedinding Lor, Surabaya, Kamis - 7 Maret - 2024
For further information call: 0818 536 867